Cerita Anthoni Salim Boncos Usai Bisnis Bareng Korea Utara


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Korea Utara dianggap sebagai negara tertutup yang tak ramah untuk berbisnis. Namun, siapa sangka kalau pengusaha Indonesia, Anthoni Salim, pernah berbisnis dengan negara komunis tersebut? Hal ini diungkap sendiri oleh Anthoni kepada Richard Borsuk dan Nancy Chng, penulis buku Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016).

Kisah bermula di tahun 1971. Selepas pulang sekolah dari Inggris, Anthoni ingin bergegas membangun bisnis. Layaknya anak muda yang berambisi besar, dia sangat agresif untuk segera memulai pekerjaan.

Apalagi, dia punya keistimewaan besar karena tak harus memulai bisnis dari nol. Ayahnya, Sudono Salim, sudah jadi pengusaha besar ternama. Anthoni pun, tulis Borsuk dan Chng, ingin membangun bisnis di atas fondasi kokoh yang dibuat ayahnya.

Alhasil, sekembalinya dari Inggris, pria kelahiran 25 Oktober 1949 ini menjalankan bisnis pertamanya, yakni impor semen. Tidak tanggung-tanggung, negara importinya adalah Korea Utara.

Dalam memulai bisnis pertama, Anthoni mengeluarkan uang yang sangat besar. Sayang, harapan agar bisa untung melimpah tak terealisasi. Ambisi besar dari diri Anthoni malah jadi senjata makan tuan. Selama menjalankan bisnis, Anthoni malah rugi.

Hal ini bisa terjadi karena Anthoni asal-asalan dan tidak cermat dalam berbisnis. Ternyata saat berbisnis semen, Anthoni sendiri tidak paham bagaimana soal distribusi semen yang sangat beresiko. Selama proses impor, semen-semen tidak ditangani dengan baik.

“Jika sebagian besar produsen menggunakan sak lima lapis, Korea Utara hanya 3 lapis. Ketika kapal kargo merapat, para pekerja Indonesia menangani semen dengan sangat kasar. Mereka main lempar saja. Banyak karung semen yang jebol-sekitar 70% sobek,” kata Anthoni.

Praktis, semua tindakan buruk itu membuat pihak Anthoni harus kerja ekstra. Mereka harus mengemas ulang semen-semen yang bocor itu. Plus, pihaknya juga harus membersihkan kapal dan membayar biaya kelebihan berlabuh. Tentu semua itu membuat Anthoni keluar uang banyak di luar anggaran.

Lebih parah lagi, ketika semen-semen dijual, pihak Anthoni tidak mendapat untung melimpah. Sebab, tak ada yang mau membeli semen Anthoni karena dianggap semen bekas yang tercemar.

Selain itu, kesalahan besar lain bukan hanya soal teknis, tetapi juga soal geopolitik. Anthoni lupa kalau Korea Utara adalah negara komunis. Kala itu segala hal berbau komunis dianggap sensitif di Indonesia, khususnya di mata Soeharto. Jelas ini akan merugikan di mata penguasa. Lalu, dia juga lupa kalau Korea Utara ketika itu dianggap negara terbuang oleh masyarakat Internasional.

Berkat kesalahan-kesalahan itu, Anthoni kehilangan banyak uang di bisnis pertama. Beruntung, dia tidak diomeli ayahnya soal kegagalan ini. 

“Ketika saya membuat kesalahan, ayah saya mengoreksi saya, tetapi dia sangat mendukung. […] Ayah saya cuma mengatakan ini kepada saya: “Kamu tahu, ini pengalaman pertamamu”. Oleh karena itu, saya tidak pernah melupakannya,” ujar Anthoni.

[Gambas:Video CNBC]

(mfa/mfa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts