penyebabsakit.com

China Hadapi Masa Tergelap Sejak 1976, Cahaya Bakal Muncul?

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses mencatat penguatan mingguan pertama setelah sebelumnya merosot dalam 4 pekan beruntun. Kenaikannya juga lumayan, 1,45% ke 6.812,193.

Meski demikian, dalam sepekan investor asing tercatat melakukan jual bersih senilai Rp 4,74 triliun di pasar reguler.

Sementara itu rupiah mencatat pelemah kurang dari 0,1% dalam sepekan melawan dolar AS di Rp 15.595/US$. Dari pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) bervariasi. SBN tenor 1 tahun, 5,10, 15 dan 30 tahun mengalami penguatan terlihat dari imbal hasilnya (yield) yang turun, sementara tenor lainnya melemah.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Tekanan bagi besar bagi pasar finansial datang dari eksternal, di mana beberapa bank sentral utama mengumumkan kenaikan suku bunga pada Kamis (15/12/2022).

Ada bank sentral AS (The Fed), Eropa (ECB), Inggris (BoE) dan Swiss (SNB) yang kompak menaikkan 50 basis poin.

The Fed tentunya menjadi yang paling berpengaruh. Sebagai bank sentral paling powerful di dunia, kebijakan moneter The Fed memicu volatilitas di pasar finansial.


The Fed memang menaikkan suku bunga lebih rendah dari sebelumnya yakni 75 basis poin 4 kali berturut-turut, tetapi memproyeksikan suku bunga ke depannya berada di kisaran 5% – 5,25% dan akan dipertahankan hingga 2024.

Artinya, higher for longer. Bank sentral lainnya pun sama, tetap berkomitmen menaikkan suku bunga sampai inflasi menurun.

Alhasil, ancaman dunia resesi tahun depan kian nyata dan semakin dekat. Sentimen pelaku pasar pun memburuk, Wall Street (bursa saham AS) pun terus merosot setelah pengumuman tersebut.

Sebagai kiblat bursa saham dunia, kemerosotan Wall Street tentunya menjadi indikasi memburuknya sentimen pelaku pasar.

Pada pekan depan, perhatian utama tertuju kepada Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (22/12/2022). BI sebelumnya juga bertindak agresif dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin sebanyak tiga kali menjadi 5,25%.

Langkah BI tersebut cukup ampuh untuk menarik dana investor asing masuk lagi ke pasar obligasi.

Jika BI kembali menaikkan 50 basis poin, sehingga suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate menjadi 5,75%, ada peluang investor asing akan kembali memborong SBN, dan bisa menjadi sentimen positif bagi pasar finansial RI.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), capital outflow di pasar SBN sempat lebih dari Rp 170 triliun.

Namun, belakangan kondisi membaik, sejak November hingga 9 Desember ada capital inflow sekitar Rp 43 triliun.


Dengan investor asing yang mulai memborong lagi SBN sejak November, capital outflow yang terjadi pada tahun ini terus terpangkas menjadi Rp 135 triliun.

Jika capital inflow terus berlanjut, rupiah tentunya bisa lebih bertenaga dan berpeluang menguat.

Penguatan rupiah bisa memberikan kenyamanan bagi investor asing, sebab risiko kerugian akibat kurs menjadi lebih kecil.

Sebelum BI, ada bank sentral China (PBoC) yang akan mengumumkan suku bunga pada Selasa (20/12/2022). Berbeda dengan bank sentral di berbagai negara lainnya, PBoC malah beberapa kali menurunkan suku bunga acuannya, jika kembali melakukannya maka akan menjadi sentimen positif ke pasar finansial. Sebab, penurunan suku bunga bisa memacu perekonomian China yang sedang terpuruk.

China kini menghadapi masa ‘tergelap’ dalam hampir 5 dekade terakhir

Survei terbaru dari Reuters yang melibatkan 40 ekonom menunjukkan perekonomian China diperkirakan tumbuh 3,2% di 2022, jauh di bawah target pemerintah 5,5%.

Jika tidak memperhitungkan tahun 2020, ketika dunia dilanda pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19), maka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tersebut menjadi yang terendah sejak 1976.

Oleh karena itu dukungan moneter diperlukan guna memacu perekonomian tahun depan.

“Kebijakan moneter perlu dilonggarkan lebih lanjut untuk menurunkan biaya pinjaman,” kata Ming Ming, kepala ekonom di Citic Securities, sebagaimana dilansir Bloomberg, Senin (12/12/2022).

Ia memperkirakan PBoC akan menurunkan loan prime rate (LPR) pada pekan depan atau di awal 2023.

Sementara itu Ken Cheung, strategis valuta asing di Mizuho Bank Ltd, LPR tenor 5 tahun, yang menjadi referensi kredit perumahan mungkin akan diturunkan jika pemerintah China memberikan sinyal perlu dukungan kebijakan untuk sektor properti.

Penurunan suku bunga tersebut bisa menjadi secercah cahaya bagi gelapnya ekonomi China, dan tentunya akan menjadi sentimen positif ke pasar finansial global.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


IHSG Menguat Hingga 2%, Rupiah Masih Lesu

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version