CT Blak-blakan Soal Tekanan Finansial Imbas Suku Bunga Tinggi


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Fonder dan Chairman CT Corp, Chairul Tanjung, menyoroti kondisi keuangan yang tertekan akibat kebijakan moneter ketat, khususnya dari Amerika Serikat yang saat ini masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Kondisi tersebut akhirnya ikut menyeret seluruh bank sentral dunia untuk mengerek naik suku bunga, yang pada akhirnya ikut membuat likuiditas uang yang beredar di pasar semakin sedikit.

“[Indonesia] mengalami financial stress yang menyebabkan kekurangan demand dan supply sektor keuangan terganggu. Suku bunga bank sentral AS meningkat mengakibatkan suku bunga di dunia meningkat,” jelas sosok yang akrab dipanggil CT dalam CNBC Indonesia Economic Outlook 2024 Kamis (29/2/2024).

Lebih lanjut, dirinya menyebutkan jika perbankan swasta menjadi salah satu yang paling terdampak atas kondisi moneter yang masih ketat. Hal ini salah satunya karena dana murah (CASA) yang semakin terbatas dan membuat uang semakin langka dan mahal

“Bank swasta itu pengaruhnya sangat signifikan dari perbankan kita dan uang menjadi susah harganya mahal,” jelas CT.

Sebelumnya, kebijakan moneter ketat global terjadi karena tingginya inflasi imbas dari kebijakan suku bunga ultra rendah kala pandemi. Saat itu sejumlah pemerintah dunia, khususnya AS, memberlakukan kebijakan moneter ultra rendah disertai insentif jumbo untuk mendorong perekonomian. Hal tersebut pada akhirnya mengerek harga barang naik dan memaksa bank sentral pivot menaikkan suku bunga. Lebih parah lagi pasca pandemi terkendali, rantai pasok global ikut bermasalah karena permintaan yang lebih tinggi dan perang yang berkecamuk di seluruh dunia.

Saat ini bank sentral AS The Fed dan sejumlah bank sentral utama dunia lain, termasuk Bank Indonesia, masih mempertahankan suku bunga tinggi. Suku bunga the Fed tercatat di kisaran 5,25% hingga 5,50%, sedangkan suku bunga BI berada di angka 6%.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Mantap! 9 Kali Lelang Instrumen SRBI, BI Kantongi Rp113,7 T

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts