Cuan Tebal, Saham Ini Beda Nasib dengan IHSG


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Setelah tiga hari beruntun cetak rekor harga tertinggi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Jumat (15/3/2024).

Per pukul 10.14 WIB,IHSG melemah 0,66% ke posisi 7.386,65. Nilai transaksi IHSG pada perdagangan sesi I hari ini mencapai Rp 3,3 triliun dengan melibatkan 4,5 miliaran saham dan ditransaksikan sebanyak 339.958 kali.

Beberapa sektor menjadi penekan IHSG pada sesi I hari ini, yakni sektor bahan baku sebesar 0,91% dan sektor teknologi sebesar 0,85%.

IHSG sebelumnya mencetak rekor tertinggi sepanjang masanya selama tiga hari beruntun, sehingga investor pun mulai merealisasikan keuntungannya pada hari ini. Apalagi, pada hari ini merupakan akhir pekan sehingga ada potensi aksi profit taking.

Di tengah bayangan aksi profit taking, ada sejumlah emiten yang justru harga sahamnya terbang tinggi. Tercatat ada 4 saham yang harganya melesat lebih dari 10% pada satu jam sesi I perdagangan hari ini.

  • PT Mitra Investindo Tbk (MITI) naik 23,38%
  • PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) naik 22,09%
  • PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk (DGNS) naik 13,74%
  • PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) naik 12,39%

Selain itu, IHSG terkoreksi juga mengekor bursa saham global, di tengah memanasnya kembali inflasi di Amerika Serikat (AS).

Kemarin, indeks Harga Pordusen (producer price index/PPI) AS pada Februari lalu bergerak lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar. Masih panasnya data PPI bisa memicu prospek pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Juni menyusut.

Sementara Indeks Harga Konsumen (consumer price index/CPI) AS naik 3,2% pada periode Februari, meleset dari ekspektasi pasar sebesar 3,1% yang sedikit lebih rendah dan lebih tinggi dari 3,1% pada periode Januari.

Selain itu, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran mencapai 209.000 pada pekan yang berakhir 9 Maret. Nilai tersebut malah turun dibandingkan pekan sebelumnya sebesar 210.000 dan berbanding terbalik dengan konsensus yang proyeksi naik ke 218.000 klaim.

Di sisi lain,penjualan ritel AS periode Februari 2024 dengan hasil 1,5% secara tahunan (yoy), melampaui ekspektasi pasar berdasarkan data Trading Economic sebesar 1% yoy.

Data-data tersebut secarakeseluruhan menunjukkan ekonomi AS masih tangguh. Pasalnya, penjualan ritel tumbuh positif, inflasi panas, disertai klaim pengangguran turun. Namun, hal tersebut bisa berimplikasi berbeda untuk prospek pemangkasan suku bunga the Fed.

Perhitungan CME FedWatch Tool pada Jumat dini hari (15/3/2024), menunjukkan peluang 99% suku bunga ditahan pada pertemuan FOMC Maret ini, sementara pemangkasan suku bunga pada Juni menunjukkan peluang 54,5%, ini menyusut dibandingkan pekan lalu yang nilainya nyaris mencapai 60%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Daftar Saham ‘Juara’ Pekan Ini, Ada Punya Kamu?

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts