Dana Asing Mulai Balik ke RI, Rupiah Dibuka Menguat


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan suku bunganya di level 6% serta berbagai instrumen investasi yang dapat menarik asing ke pasar keuangan domestik.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat di angka Rp15.540/US$ atau terapresiasi 0,06%. Penguatan ini sejalan dengan apresiasi yang terjadi kemarin (23/11/2023) sebesar 0,13%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 08.58 WIB turun 0,14% menjadi 103,77. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Kamis (23/11/2023) yang berada di angka 103,92.


BI telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Kamis (23/11/2023).

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan ini tetap konsisten dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global serta sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor atau imported inflation, sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5±1% pada 2024.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan keputusan suku bunga acuan BI ke depan akan bergantung pada beberapa hal. Terutama situasi Amerika Serikat (AS) serta respons bank sentral Federal Reserve (The Fed).

“Jadi dinamika risk on risk off sangat uncertainty karena di AS ekonominya masih cukup kuat, inflasi sudah turun tapi lelet,” ungkapnya dalam konferensi pers, Kamis (23/11/2023).

Dengan tidak dinaikkannya suku bunga BI, tekanan terhadap rupiah berpotensi terjadi untuk jangka waktu dekat khususnya apabila The Fed mengeluarkan pernyataan untuk hawkish maupun jika data ekonomi AS kembali memanas baik dari sisi inflasi, inflasi inti, hingga data ketenagakerjaannya.

Kendati demikian, BI mengeluarkan instrumen investasi yang dapat menarik minat asing untuk masuk ke dalam pasar keuangan domestik dan telah terbukti berhasil.

Sebagai contoh yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) maupun Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI).

Lelang SRBI hingga 21 November 2023 telah mencapai Rp168,81 triliun, yang antara lain didorong oleh aliran investasi portofolio asing sebesar Rp27,25 triliun.

Selain itu, Bank Indonesia juga menerbitkan SVBI sebagai instrumen moneter valas dengan lelang perdana pada 21 November 2023. Pasar menyambut baik penerbitan SVBI, sebagaimana tecermin pada tingginya penawaran sebesar US$266,5 juta, lebih tinggi dibandingkan dengan target indikatif lelang sebesar US$200 juta.

Selanjutnya, Bank Indonesia merencanakan penerbitan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) dengan lelang perdana pada 28 November 2023. Berbagai inovasi instrumen ini diharapkan dapat mendukung strategi operasi moneter yang “pro-market” dan dapat menarik aliran modal masuk untuk memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dari dampak rambatan global.

Tidak sampai disitu, BI juga akan terus menjaga nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya. Di samping itu tetap siaga dengan sederet instrumen untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

“Strategi operasi moneter pro market dengan instrumen SRBI dan SVBI dioptmalkan guna meningkatkan manajemen likuiditas keuangan domestik dan menarik masuknya aliran modal asing ke Indonesia,” paparnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts