Data Inflasi PCE Sesuai Ekspektasi, Wall Street Dibuka Bergairah


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka cenderung menguat pada perdagangan Kamis (29/2/2024), setelah dirilisnya data inflasi belanja personal AS periode Januari 2024 dan sesuai dengan ekspektasi pasar.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka naik 0,11% ke posisi 38.993,06, S&P 500 menguat 0,42% ke 5.091,07, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,77% menjadi 16.070,11.

Wall Street menguat setelah dirilisnya data inflasi belanja personal (personal consumption expenditure/PCE) AS periode Januari 2024 yang juga sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.

Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS melaporkan inflasi PCE pada Januari lalu naik menjadi 2,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan tumbuh 0,3% secara bulanan (month-to-month/mtm). Angka bulanan lebih tinggi dari periode Desember 2023 yang tumbuh 0,1%, namun secara tahunan lebih rendah dari Desember 2023 yang tumbuh 2,6%.

Angka ini juga sudah sesuai dengan ekspektasi pasar, yang memperkirakan inflasi PCE tumbuh 0,3% (mtm) dan 2,4% (yoy).

Sementara untuk inflasi PCE inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, juga kembali naik menjadi 0,4% dan tentunya sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.

Data inflasi PCE yang sudah sesuai prediksi membuat pasar dapat sedikit bernafas lega, meski dinilai masih cukup panas.

“Data pagi ini melegakan bagi para trader, yang khawatir inflasi akan kembali meningkat dan menyebabkan The Fed menunda kenaikan suku bunga untuk waktu yang lebih lama, atau bahkan lebih buruk lagi, mulai menaikkan suku bunga lagi,” kata Chris Zaccarelli, chief investment officer di Independent Advisor Alliance, dikutip dari CNBC International.

Para ekonom berpendapat bahwa model yang digunakan pemerintah untuk menghilangkan fluktuasi musiman dari data mungkin tidak sepenuhnya memperhitungkan kenaikan harga di awal tahun. Kebanyakan orang juga tidak memperkirakan kenaikan harga akan terulang kembali di Februari nantinya.

“Akan lebih bijaksana untuk menahan diri dalam memberikan penilaian yang kuat sampai data periode Februari keluar. Jika percepatan data Januari hanya terjadi sekali saja dan mungkin disebabkan oleh kegagalan faktor penyesuaian musiman untuk memperhitungkan sejauh mana sebenarnya perusahaan menaikkan harga pada harga yang sama pada awal tahun ini, atau apakah ini merupakan awal dari sesuatu yang lebih mengkhawatirkan bagi The Fed,” ujar Satyam Panday, chief U.S. economist di S&P Global Ratings.

Hal ini membuat pelaku pasar telah memundurkan ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), dari sebelumnya pada Mei 2024 menjadi ke Juni 2024.

Para pejabat The Fed juga telah mengindikasikan bahwa mereka tidak akan terburu-buru untuk mulai menurunkan biaya pinjaman. Sejak Maret 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar 525 basis poin (bp) ke kisaran saat ini di 5,25%-5,50%.

Peningkatan inflasi bulan lalu terjadi meskipun belanja konsumen melambat. Belanja konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS, naik 0,2% setelah meningkat 0,7% pada Desember 2023. Pengeluaran tetap didukung oleh pasar tenaga kerja yang masih ketat, yang menyebabkan kenaikan upah tetap tinggi.

Laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja pada hari ini menunjukkan klaim awal tunjangan pengangguran negara naik 13,000 menjadi 215,000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 24 Februari. Para ekonom memperkirakan 210,000 klaim untuk minggu terakhir.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Wall Street Dibuka Lesu Lagi, Reli Sudah Berakhir?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts