Data Lapangan Kerja AS Panas Lagi, Wall Street Dibuka Loyo


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka cenderung terkoreksi terbatas pada perdagangan Rabu (3/4/2024), karena imbal hasil Treasury kembali meningkat dan data tenaga kerja lain kembali meningkat.

Per pukul 20:34 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpantau turun tipis 0,03% ke posisi 39.159,85, S&P 500 terkoreksi tipis 0,08% ke 5.201,899, dan Nasdaq Composite melemah 0,32% menjadi 16.188,209.

Lapangan kerja sektor swasta di AS kembali meningkat pada Maret lalu, membuat pasar semakin skeptis bahwa pemangkasan suku bunga acuan AS bakal dipangkas pada pertemuan Juni mendatang.

Automatic Data Processing (ADP) melaporkan lapangan kerja sektor swasta di AS meningkat sebesar 184,000 pada Maret lalu. Angka ini mengikuti kenaikan 155,000 (direvisi dari 140,000) yang tercatat pada Februari lalu dan berada di atas ekspektasi pasar sebesar 148,000.

“Bagi mereka yang tetap bekerja, kenaikan gaji dari tahun ke tahun tetap sebesar 5,1 persen setelah mengalami perlambatan yang stabil selama berbulan-bulan,” tulis publikasi tersebut.

“Pada saat yang sama, keuntungan bagi mereka yang berganti pekerjaan meningkat secara dramatis hingga 10 persen, peningkatan kedua berturut-turut,” tambah ADP.

Saat menilai rincian laporan tersebut, Maret merupakan hal yang mengejutkan bukan hanya karena kenaikan gaji, namun juga sektor-sektor yang mencatat kenaikan tersebut.

Di lain sisi, Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan dia hanya melihat satu penurunan tahun ini, yaitu terjadi pada kuartal keempat.

Bostic adalah salah satu dari beberapa pejabat bank sentral termasuk Ketua The Fed Jerome Powell yang berbicara kepada media dan di berbagai acara di seluruh negeri pada hari ini.

Data inflasi yang masih cukup panas dan sektor manufaktur yang mulai pulih ampaknya membuat investor khawatir bahwa The Fed akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menurunkan suku bunga acuannya.

Hal ini membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali meningkat, yakni naik 3 basis poin (bp) menjadi 4,399%, menjadi yang tertinggi sejak November 2023.

Namun, indeks dolar AS (DXY) kembali melandai tipis 0,04% ke posisi 104,77, dari sebelumnya pada Selasa lalu di 104,82.

Namun, beberapa pengamat pasar tetap optimis terhadap ekuitas secara keseluruhan, mengatakan saham-saham akan melakukan konsolidasi setelah awal tahun yang kuat.

“Narasi penurunan inflasi dan penurunan suku bunga The Fed yang mendorong kenaikan pasar saham pada kuartal pertama, goyah pada kuartal kedua,” kata Yung-Yu Ma, kepala investasi di BMO Wealth Management, dikutip dari CNBC International.

“Pasar saham memberi tahu kita bahwa banyak hal telah diperhitungkan selama lima bulan terakhir. Kita bisa melihat pergerakan pasar yang berombak sampai pasar memproses tekanan inflasi, The Fed, harga minyak dan suku bunga jangka panjang, yang semuanya dapat menggerakkan pasar dan menambah volatilitas jangka pendek,” tambah Ma.

Dari kabar korporasi di AS, saham Intel tergelincir lebih dari 6%, setelah melaporkan kerugian operasional sebesar US$ 7 miliar dalam bisnis manufaktur semikonduktornya.

Sedangkan saham Tesla kehilangan hampir 1%, menyusul pemotongan target harga dari beberapa perusahaan investasi. Amblesnya saham Tesla juga terjadi karena penjualan kendaraan listriknya anjlok 8,5% pada kuartal I-2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Wall Street Dibuka Lesu Lagi, Reli Sudah Berakhir?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts