Dear Bos Sawit, Harga CPO Menguat sih Cuma Ada Tapinya…..

Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau menguat di sesi awal perdagangan Jumat (12/5/2023).

Read More

Penguatan sekaligus mematahkan koreksi dua hari beruntun sejak perdagangan Rabu (10/5/2023).

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau menguat 0,72% ke posisi MYR 3.629 per ton pada pukul 09:00 WIB. Lesunya harga CPO akhir-akhir ini membawanya turun ke level 3.600-an setelah sempat naik ke level MYR 3.900.

Pada perdagangan kemarin, Kamis (12/4/2023) harga CPO ditutup jatuh 2,86% ke posisi MYR 3.603 per ton. Dalam empat hari perdagangan pekan ini harganya menguat tipis saja 0,06%, sementara dalam sebulan masih naik 7,94%, namun masih mengalami koreksi 13,68% secara tahunan.

 



Menguatnya harga CPO terjadi di tengah sentimen negatif yang kembali menyelimuti pasar. Investor saat ini tengah dikhawatiran atas meningkatnya pasokan di produsen utama dunia dan kerugian pada minyak Dalian saingannya.

India pada hari Kamis (11/5/2023) mengumumkan pembebasan bea masuk minyak kedelai dan minyak bunga matahari untuk pengiriman 31 Maret hingga akhir Juni.

Langkah ini diambil setelah ratusan ribu kargo tertahan di pelabuhan karena kebingungan atas aturan impor.

 

Sebab itu dari sisi minyak

saingannya, kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 turun 3,2%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 turun 3,6%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 juga turun 0,7%.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.

Sementara itu, Berdasarkan data dari dewan minyak sawit negara menunjukkan pada hari Rabu (10/5/2023) persediaan minyak sawit akhir April Malaysia merosot ke level terendah dalam 11 bulan, setelah produksi dan ekspor anjlok lebih dari yang diperkirakan.

Namun, pialang UOB Kay Hian mengatakan persediaan di produsen terbesar kedua dunia itu akan mulai meningkat mulai Mei dan seterusnya meski produksi lemah.

“Hal ini terutama disebabkan melemahnya ekspor minyak sawit karena harga yang relatif lebih rendah yang ditawarkan oleh rekan-rekan Indonesia dan minyak lunak diperdagangkan dengan harga yang lebih menarik di pasar tujuan, yang akan memberikan tekanan berkelanjutan pada permintaan minyak sawit,” kata broker tersebut dikutip dari Reuters.

Dari sisi ekspor dari Malaysia untuk 1-10 Mei naik 10,03% dari bulan sebelumnya, surveyor kargo Intertek Testing Services mengatakan pada hari Rabu. Adapun Surveyor kargo lainnya, Amspec Agri, mengatakan ekspor naik 1,7%.

Pedagang dan analis mengatakan mereka juga mengantisipasi produksi di Indonesia yang tumbuh lebih besar akan mengalami lonjakan besar di bulan Mei.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


Artikel Selanjutnya


Sudah Dibantu China dan Argentina, Harga CPO Tetap Ambruk 5%

(aum/aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts