Digembok Bursa, Emiten Batubara Ini Buka Suara

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan sejumlah perusahaan tercatat atau emiten yang belum menyampaikan laporan keuangan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022. Setidaknya ada 66 perusahaan tercatat yang belum sampaikan laporan keuangan yang berakhir pada 30 September 2022. Salah satunya adalah Garda Tujuh Buana (GTBO), emiten tambang batubara.

Read More

GTBO pun memberikan penjelasan bahwa awal masalah yang dihadapi GTBO dimulai saat menghadapi masalah karena Covid 19 yaitu pasar batubara perseroan di India & Cina telah mengurangi aktivitas manufaktur sehingga berdampak pada kebutuhan daya. Pembangkit listrik yang menggunakan batubara telah mengurangi aktivitas pembangkit listriknya.

Berdasarkan keterbukaan informasi, Selasa (13/12/2022) GTBO menjelaskan selama periode Q1 2020 tidak ada penjualan, yang juga terkena dampak karena kepadatan pelabuhan di pelabuhan bongkar. Bukan cuma itu, harga batubara yang terpuruk juga sangat berdampak pada perseroan.

GTBO pun menjelaskan kondisi terkini perseroan, bahwa RUPS tahun 2020 dan 2021 sudah dilaksanakan tanggal 12 Mei 2022 dan 31 Oktober 2022; laporan keuangan tahun 2020-2022 sudah dilakukan di XBRL; sudah produksi kembali sejak November 2021, produksi batu bara berjalan normal dan lancar.

Sejak November 2021 – Desember 2022 memiliki 3 Kontrak dari 3 Pembeli, Total pengiriman 1,4jt MT, dikirim ke Tiongkok, Thailand dan India, dan GTBO sudah memiliki 6 kontrak periode Januari – June 2023.

Namun, suspensi masih dilakukan karena GTBO belum melakukan pembayaran denda LK sejak Desember 2019, pembayaran denda public expose 2021, dan pembayaran annual listing fee 2022.

Untuk diketahui per 30 September 2022, GTBO mencatat laba bersih USD3,05 juta. Melejit 417 persen dari periode sama tahun lalu boncos USD966 ribu. Efeknya, laba per saham menjadi USD0,001224 dari minus USD0,000387.

Penjualan terakumulasi USD33,53 juta dari edisi sama nihil. Beban pokok penjualan USD26,83 juta, bengkak 5.266 perse dari periode sama tahun lalu USD509 ribu. Laba kotor USD6,70 juta, melambung 1.440 persen dari episode sama tahun lalu USD509 ribu.

Pendapatan lainnya USD47,43 ribu, menanjak dari periode sama tahun lalu nihil. Keuntungan selisih kurs USD172,94 ribu, surplus dari periode sama tahun lalu hanya USD61,73 ribu. Beban umum dan administrasi bengkak menjadi USD899,34 ribu dari USD473,60 ribu.

Beban lain-lain USD2,97 juta, bengkak 560 persen dari edisi sama tahun lalu USD45 ribu. Laba sebelum pajak USD3,05 juta, melambung 417 persen dari edisi sama tahun lalu minus USD966 ribu.

Jumlah ekuitas USD44,23 juta, naik dari edisi akhir tahun lalu USD41,18 juta. Total liabilitas USD16,23 juta, surplus dari periode akhir 2021 sebesar USD15,90 juta. Total aset USD60,47 juta, menanjak dari episode akhir tahun lalu USD57,08 juta.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Cadangan Batubara MNC Energy (IATA) Naik, Targetnya Segini!

(tep/ayh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts