Ditopang Kabar Baik dari Tesla dan AS, Wall Street Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street kompak menguat pada sesi awal pembukaan perdagangan Kamis (26/1/2023). 

Read More

Indeks Dow Jones menguat 0,41% ke 33.883,37. Sementara itu, indeks Nasdaq melonjak 1,53% ke 11.491,01 dan indeks S&P 500 menguat 0,84% ke 4.049,14.

Kembali hijaunya semua bursa Wall Street menjadi angin segar setelah indeks Nasdaq dan S&P terus melemah dalam dua hari sebelumnya.

Pada penutupan perdagangan Rabu (25/1/2023), indeks Dow Jones memang ditutup menguat 0,03%. Namun, indeks Nasdaq melemah 0,18% dan indeks S&P 500 turun 0,02%.

Hijaunya bursa Wall Street ditopang oleh laporan keuangan sejumlah perusahaan serta data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang di atas ekspektasi.

Tiga perusahaan raksasa Tesla, IBM, dan American Airlines melaporkan kinerja perusahaan yang di atas ekspektasi pasar.

Pendapatan Tesla pada kuartal IV-2022 menembus US$ 24,3 miliar, jauh di atas ekspektasi analis yang memperkirakan pendapatan sebesar US$ 21,2 miliar.

American Airlines melaporkan jika mereka sudah membukukan profit sebesar US$ 127 juta pada 2022. Profit tersebut adalah yang pertama kalinya sejak 2019. Maskapai terus menerus merugi pada 2020-2021 sebagai dampak pandemi Covid-19.

Sementara itu, IBM mencetak pendapatan sebesar US$ 16,69 miliar pada kuartal IV-2022, di atas ekspektasi analis sebesar US$ 16,4 miliar. Untuk keseluruhan tahun IBM membukukan pendapatan sebesar US$ 60,5 miliar.

Kabar positif lain datang dari data pertumbuhan ekonomi AS.

Biro Analis Ekonomi pada Kamis malam (26/1/2023) mengumumkan ekonomi AS tumbuh 2,9%  pada kuartal IV-2022. Pertumbuhan tersebut di atas ekspektasi pasar yang berada di kisaran 2,6%.

Sepanjang 2022, ekonomi Negara Paman Sam tumbuh 2,1%. Angka tersebut memang jauh di bawah pertumbuhan pada 2021 yang mencapai 3,2%. Namun, pertumbuhan terbilang menggembirakan di tengah hantaman tingginya inflasi dan suku bunga di AS.

Sebagai catatan, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 425 bps pada 2022.

Kendati ekonomi AS terbilang tahan banting, kepala ekonom SMBC Nikko Securities Joseph LaVorgna mengingatkan beberapa variable menunjukkan pelemahan.

“Kita mungkin melihat angka pertumbuhan dan berpikir jika ekonomi AS sudah terlepas dari masalah. Namun, pembacaan data seperti itu salah. Ada banyak variable yang menunjukkan pelemahan seperti penjualan rumah dan data manufacturing. Data tersebut menunjukkan kita mengarah ke resesi,” ujar LaVorgana, dikutip dari The Washington Post.

Malam ini, AS juga mengumumkan data klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 21 Januari. Klaim yang diajukan sebanyak 186.000 atau terendah sejak April 2022. Berkurangnya klaim pengangguran menunjukkan ekonomi AS masih tumbuh kuat di tengah tingginya suku bunga.

Data pertumbuhan ekonomi dan klaim pengangguran akan menjadi pertimbangan bagi The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya pada pertemuan 31 Januari-1 Februari mendatang.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Kekuatan Oktober sebagai “Bear Killer” Pudar, IHSG Aman?

(mae/mae)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts