penyebabsakit.com

Dolar AS Kabur ke LN, Jokowi Dianggap Tak Mampu Buat Apa-apa!

Jakarta, CNBC Indonesia – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat, cadangan devisa Indonesia merupakan salah satu yang terkecil bila dibandingkan negara-negara dengan kekuatan ekonomi yang setara di Asia.

Ekonom senior INDEF Muhammad Nawir Messi menjelaskan, total cadangan devisa yang kini sebesar US$ 134 miliar jauh lebih kecil dibandingkan Thailand (US$ 201,9 miliar per Oktober 2022), Singapura (US$ 282,2 miliar), India (US$ 534,02 miliar), serta Korea Selaran (US$ 414 miliar).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kalau kita bandingkan negara lain kita memang punya cadev yang relatif kecil, Indonesia dibanding negara lain, kecuali Malaysia, kita jauh dari Thailand apalagi dibanding Singapura, India, dan Korea,” ujar anggota Badan Supervisi Bank Indonesia periode 2020-2023 saat diskusi virtual, seperti dikutip Jumat (6/1/2023).

Kendati begitu, Nawir menekankan, untuk tren pergerakan cadangan devisa Indonesia terus mengalami penurunan sebagaimana cadangan devisa negara-negara lain. Terutama karena upaya intervensi untuk menjaga stabilitas mata uangnya terhadap dolar AS.

“Cadangan devisa kita sebagaimana negara lain terus menurun. Ini konsekuensi dari intervensi BI yang sangat intensif dalam beberapa bulan terakhir ini dan kalau kita lihat dalam skala relatif kecil,” ujar Nawir.

Di tengah kecilnya besaran cadangan devisa ini, Nawir berpendapat, sebetulnya Indonesia bisa memiliki ruang untuk menambah pundi-pundi cadangan devisa saat meningkatnya kinerja ekspor 2 tahun terakhir. Kinerja ekspor ini membuat neraca perdagangan Indonesia surplus 31 bulan berturut-turut.

Nawir menjelaskan, surplus neraca perdagangan untuk periode Januari-November 2022 saja yang sudah sebesar US$ 50,59 miliar tidak mampu memperkuat cadangan devisa dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah karena memang dolar hasil ekspornya tidak ditaruh pengusaha di perbankan dalam negeri.

“Persoalan kita sebenarnya ekspor terus meningkat tapi tidak masuk ke Dalam Negeri. Selain karena memang struktur ekspor terkonsentrasi pada 3 kelompok komoditas, juga karena orang ekspor duitnya enggak masuk ke Indonesia,” tutur Nawir.

Malah, ia melanjutkan, dolar hasil ekspor yang seharusnya bisa memperkuat cadangan devisa itu larinya ke negara lain, khususnya Singapura. Hasil dolar yang terparkir itu pun menurutnya berpotensi menjadi dana yang diinvestasikan ke dalam proyek-proyek Tanah Air.

“Banyak orang yang surprise dalam konstelasi investasi Indonesia dalam 3 – 4 tahun terakhir Singapura tiba-tiba jadi investor nomor satu. Tapi komentar banyak orang, termasuk saya, adalah ini duit orang Indonesia semua yang disimpan di Singapura dan masuk ke Indonesia seolah-olah menjadi FDI (foreign direct investment),” ucap Nawir.

Oleh sebab itu, Nawir menilai, regulator perlu menelurkan kebijakan yang mampu membuat eksportir patuh membenamkan dolar hasil ekspornya di lembaga jasa keuangan dalam negeri dalam jangka waktu yang panjang. Ini semata demi memperkuat stabilitas keuangan di dalam negeri.

“Ini berlangsung selama belasan bahkan puluhan tahun dan pemerintah tidak mampu berbuat apa-apa untuk setting ini sehingga hasil ekspor tidak masuk ke account domestik yang bisa memperkuat cadangan devisa,” tutur Nawir.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Eksportir Kini Wajib Parkir Dolar di RI, Awas Kena Cubit BI

(mij/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version