Dolar AS Melemah, Kok Rupiah Masih Lesu?

Jakarta, CNBC Indonesia – Kurs rupiah stagnan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) sebelum akhirnya terkoreksi pada pertengahan perdagangan Jumat (23/12/2022). Keputusan Bank Indonesia (BI) tampaknya masih belum dapat menopang rupiah.

Read More

Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah stagnan di Rp 15.580/US$. Sayangnya, rupiah kembali terkoreksi 0,19% ke Rp 15.610/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Padalah, indeks dolar AS sedang melemah di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS terkoreksi 0,09% menjadi 104,3. Terkoreksinya dolar AS nampaknya terjadi seiring dengan investor yang masih menantikan sinyal selanjutnya dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

“Pasar terus memantul di tengah pemikiran tentang apa yang akan dilakukan Fed selanjutnya,” kata Kepala Ekonom di Kiwibank Jarrod Kerr dikutip Reuters.

“Pasar sedang dalam kesulitan yang menarik saat ini, semacam mencoba mencari tahu kapan kenaikan suku bunga terakhir, dan pada level apa,”

Sisi lainnya, jumlah masyarakat yang mengajukan klaim untuk tunjangan pengangguran, meningkat kurang dari yang diharapkan, sehingga menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih kuat di tengah kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral yang paling powerful dunia tersebut.

Klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara bagian naik 2.000 ke penyesuaian musiman 216.000 untuk pekan yang berakhir 17 Desember. Angka tersebut dibawah ekspektasi ekonom yang disurvei Reuters di 222.000 orang. Serangkaian PHK di sektor teknologi dan industri yang sensitif terhadap suku bunga seperti perumahan sejauh ini tidak berdampak material pada klaim.

Kekuatan pasar tenaga kerja, yang juga digarisbawahi oleh beberapa penyusutan jumlah pengangguran pada awal Desember setelah sebagian besar meningkat sejak Oktober, meningkatkan risiko bahwa Federal Reserve dapat terus menaikkan suku bunga ke tingkat yang lebih tinggi dan mempertahankannya di sana untuk sementara karena menangani inflasi.

Sementara, dari dalam negeri, angin segar berhembus setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mengekor The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps. Dengan kenaikan sebesar 25 bps maka BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) kini menjadi 5,50%.

Secara keseluruhan, kubu MH Thamrin telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 200 bps sejak Agustus 2022.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan kenaikan suku bunga secara sebesar 25 bps merupakan langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi. Juga, menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Perry memperkirakan inflasi sepanjang tahun ini akan berada di kisaran 5,4% sementara inflasi inti di kisaran 3,5%. Proyeksi ini jauh lebih rendah dibandingkan forecast sebelumnya di mana inflasi pada 2022 diperkirakan menembus 6,3%.

Selain itu, guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI juga meluncurkan ‘amunisi’ baru melalui kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE). BI akan menerbitkan instrumen operasi moneter (OM) valas yang baru untuk mendorong penempatan DH, khususnya dari ekspor Sumber Daya Alam (SDA).

“Instrumen OM Valas tersebut dilakukan dengan imbal hasil yang kompetitif berdasarkan mekanisme pasar yang transparan disertai dengan pemberian insentif kepada bank,” tutur Perry.

Dalam skema tersebut, BI akan menawarkan term deposit valas melalui lelang yang lebih tinggi dibandingkan bank negara lain. Perry mencontohkan jika rata-rata bunga deposit valas negara lain ada di angka 3,75% maka BI akan menawarkan bunga di kisaran 3,75-4,0% melalui lelang.

Namun, sayangnya angin segar tersebut belum mampu menguatkan kinerja rupiah hari ini. Sebab, potensi resesi di AS kembali meningkat setelah rilis klaim pengangguran lebih rendah dari prediksi pasar, mengindikasikan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya hingga di tahun depan.

Hal serupa terjadi pada mayoritas mata uang Asia, di mana yen Jepang terkoreksi paling dalam sebesar 0,25% di hadapan dolar AS. Kemudian disusul oleh rupiah dan dolar Hong Kong yang masing-masing terkoreksi 0,19% dan 0,11%.

Di sisi lainnya, rupee India sukses menguat 0,2% di hadapan dolar AS.



TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Duh! Rupiah Jeblok Tembus Lagi Rp 14.900/US$

(aaf/aaf)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts