Dolar Makin Perkasa, Bank RI Tidak Rebutan Valas

Jakarta, CNBC Indonesia – September menjadi bulan terkelam pertarungan rupiah melawan dolar Amerika Serikat. Menjelang akhir bulan ini, rupiah sempat tembus Rp 15.515/US$.

Read More

Selaras dengan pelemahan rupiah, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat ada peningkatan terhadap suku bunga deposito valuta asing (valas) perbankan menjadi 1,86%. Akan tetapi angka terakhirnya masih di bawah suku bunga penjaminan LPS untuk valas yakni sebesar 2,25%.

“Kita lihat naiknya [suku bunga deposito valas] nggak banyak-banyak amat. Jadi walaupun ada sedikit tertekan rupiahnya sebetulnya udah flat beberapa bulan terakhir. Sebenarnya banknya tidak mengalami tekanan likuiditas valas. Kalau nggak, dia pasti naikin kencang,” kata Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa saat konferensi pers Penetapan Tingkat Bunga Penjaminan (TBP), Jumat (29/9/2023).

Purbaya juga mengatakan bahwa dalam beberapa waktu terakhir, bunga deposito valas cenderung tidak bergerak. Dengan demikian, likuiditas valas perbankan di Indonesia tidak mengalami tekanan di tengah menguatnya dolar AS. Dari sisi pasokan, kata Purbaya, ruang bank untuk menyalurkan kredit valas masih lebar, karena outstanding simpanan valas masih terbilang tinggi.

“Yang penting gini, bunganya nggak naik kencang karena supply-nya cukup. Anda pikir karena rupiah melemah, pasti kita kekurangan dolar kan sehingga bank-bank naikin bunga. Nih, kita lihat di sini mereka nggak naikin bunga sama sekali. Flat malah. Karena mereka tahu supply dollarnya jauh lebih cukup,” pungkas Purbaya.

Mengutip data LPS, dana pihak ketiga (DPK) perbankan per Agustus 2023 sebesar Rp 8.128 triliun, naik 5,9% secara tahunan (yoy). Sebanyak 14,59% di antaranya merupakan simpanan dalam bentuk valas. 

LPS mencatat simpanan valas per Agustus 2023 tumbuh 7,4% yoy menjadi Rp 1.186 triliun. Angka ini disumbang oleh 2,88 juta akun rekening bank di Tanah Air. 

Bila dirinci, sebanyak 58,6% valas tersimpan dalam bentuk giro. Kemudian 26,39% lainnya dalam bentuk deposito, dan sisanya tabungan. 

Sementara itu, dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.450/US$ atau terapresiasi 0,42% terhadap dolar AS, Jumat (29/9/2023).

Menguatnya dolar AS terhadap rupiah itu seiring dengan The Fed yang memberikan sinyal akan memertahankan sikap hawkish lebih lama. Dari dalam negeri sentimen terhadap rupiah muncul dari repatriasi dividen yang menyebabkan aliran dana keluar.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Rupiah Masih Berat Lawan Dolar, Kenapa?

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts