Duh! Ringgit Malaysia Hancur Berantakan, Kenapa Nih?

Jakarta, CNBC IndonesiaMata uang Asia terpantau tak mampu bertahan melawan keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS). Ketatnya kebijakan moneter AS dan ketidakpastian global menjadi faktor utama kekhawatiran pelaku pasar.

Read More

Ambruknya mata uang Asia disebabkan oleh kebijakan hawkish bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).

Chairman The Fed Jerome Powell pekan lalu mengisyaratkan The Fed akan mengerek suku bunga acuan kembali. Selain itu, pernyataannya sempat menjadi sinyal untuk pelaku pasar bahwa The Fed berpotensi masih akan menaikkan suku bunganya dua kali sepanjang 2023. Artinya, dolar AS berpotensi terus menguat ke depan.

Seperti diketahui, The Fed menahan suku bunga acuan sebesar 5,0%-5,25% pada bulan ini.

Mata uang Malaysia ringgit merupakan salah satu yang tidak mampu bertahan akibat tekanan suku bunga AS. Data Refinitiv mencatat perdagangan hari terakhir sebelum libur Hari Raya Idul Adha, Rabu (28/6/2023), Malaysia ringgit terpantau melemah 0,15%, menjadi MYR 4,669/US$.

Pelemahan tersebut tidak hanya terjadi dalam satu malam, Malaysia ringgit juga telah anjlok dalam beberapa bulan ke belakang. Sepanjang bulan Juni, mata uang negeri jiran terkoreksi hingga 1,21% terhadap the greenback. Bahkan, Malaysia ringgit anjlok 6,16% dalam 3 bulan terakhir.

Menghadapi tekanan ini, Reuters mencatat Bank Sentral Malaysia, Bank Negara Malaysia, diperkirakan akan melakukan intervensi untuk memperkuat ringgit. Namun, mata uang Malaysia yang belum menunjukkan adanya penguatan menjadikan tanda tanya terkait aksi intervensinya.

Bank Negara Malaysia (BNM) yang tidak terlalu mengkhawatirkan depresiasi ringgit menyebabkan investor “menghukum” dengan menjual ringgit.

Faktor pelemahan jangka pendek juga disinyalir akibat dana asing yang melakukan rebalancing atau penyesuaian investasi pada aset keuangannya. Dalam lima hari terakhir, Bursa Malaysia terpantau terkoreksi 0,31% menjadi 6,45.

Selain itu, libur lebaran Idul Adha yang juga terjadi di Malaysia disinyalir menjadi faktor adanya outflow atau dana keluar. Ringgit Malaysia juga melemah karena tingginya ketidakpastian menjelang pemilu negara bagian yang akan berlangsung pada Juli mendatang.

“Ada begitu banyak pertanyaan mengenai keberlangsungan koalisi pemerintah karena pemilu negara bagian akan segera berlangsung dalam waktu dekat,” tutur Alvin Tan, head of Asia foreign exchange strategy di RBC Capital Markets, dikutip dari Reuters.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Bos Sawit Senang, Harga CPO Naik ke Level Tertinggi 6 Pekan

(mza/mza)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts