Duh! Rupiah Sudah 4 Hari Tak Bisa Menguat, Ini Penyebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (16/5/2023). Perhatian utama tertuju pada pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dengan Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy. Maklum saja, kurang lebih dua pekan ke depan, Amerika Serikat terancam mengalami gagal bayar (default) jika batas pagu utang tidak dinaikkan.

Read More

Rupiah menutup perdagangan di Rp 14.815/US$, melemah 0,17% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Dengan demikian, rupiah sudah empat hari tidak pernah menguat.

Partai Republik yang merupakan oposisi menguasai DPR AS, sehingga menyulitkan bagi Biden untuk meloloskan anggaran belanja. Baik anggota Parta Demokrat maupun Republik sedang mencari landasan yang sama dalam hal belanja dan regulasi energi sebelum Biden dan McCarthy bertemu besok.

Partai Republik sudah berulang kali menegaskan tidak akan menaikkan pagu utang jika pemerintah tidak memangkas belanja dengan besar alias melakukan penghematan.

Kabar baiknya, pemerintah di Gedung Putih masih mempertimbangkan syarat dari Partai Republik tersebut, sehingga peluang dinaikkannya batas pagu utang terbuka, dan Amerika Serikat bisa lolos dari gagal bayar yang berisiko membuat perekonomian AS merosot.

Namun, sampai adanya kepastian kenaikan pagu utang, pelaku pasar tentunya was-was, yang membuat rupiah sulit menguat.

Sementara itu dari dalam negeri sentimen positif datang dari neraca perdagangan pada April 2023 yang mengalami surplus sebesar US$3,94 miliar. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan ini merupakan surplus yang ke-36 bulan berturut-turut. Surplus tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Maret 2023 yang mencapai US$ 2,91 miliar.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada April 2023 akan mencapai US$ 3,34 miliar. Surplus tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Maret 2023 yang mencapai US$ 2,91 miliar.

Artinya realisasi pada April lebih tinggi dari konsensus.

Surplus neraca perdagangan sebenarnya bisa memberikan dampak positif ke rupiah, sebab para eksportir sudah mulai tertarik memarkir dolar AS mereka di dalam negeri. Operasi moneter Term Deposit Valuta Asing Devisa Hasil Ekspor (TD Valas DHE) yang diterapkan BI sejak awal Maret sudah mulai sukses menarik dolar AS eksportir, bahkan ada yang menempatkan di tenor 6 bulan.

Artinya, valuta asing para eksportir lebih lama berada di dalam negeri, nilai tukar rupiah pun bisa lebih stabil.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Video: Menguat Lebih Dari 1%, Rupiah Tembus Rp 14.985/USD

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts