Dulu Cuma Supir Angkot, Orang Ini Kini Punya Harta Rp 76 T

Jakarta, CNBC Indonesia – Mungkin nama Prajogo Pangestu sangat jarang terdengar. Namun siapa sangka, ia salah satu sosok orang terkaya di Indonesia.

Read More

Pada zaman Presiden kedua Soeharto dia menjadi konglomerat yang disegani di Indonesia.

Pria kelahiran 13 Mei 1944 di Sambas, Kalimantan Barat ini dulunya hanya seorang sopir angkutan kota (angkot). Bahkan Prajogo diketahui hanya lulusan sekolah menengah pertama (SMP).

Pengusaha kawakan ini berada di posisi ketujuh dengan nilai kekayaan Prajogo per Desember 2022 ini tercatat sebesar US$ 4,9 miliar atau setara dengan Rp 76 triliun. Pratojo telah sukses mengelola perusahaannya menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia.

Memiliki nama asli Phang Djoem Phen, ayah Prajogo hanyalah penyadap getah karet. Karena keterbatasan biaya Prajogo Pangestu hanya bisa menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat menengah pertama.

Dengan sikap dan motivasi yang baik untuk menafkahi keluarganya secara halal, hal itu menjadi pintu gerbang menuju kesuksesan saat pindah ke Jakarta. Namun sayangnya, perjalanan ke Jakarta tidak memberinya penghasilan. Kecewa, dia kembali ke kampung halamannya.

Setelah kembali ke kampung halamannya, Prajogo kembali membulatkan tekadnya untuk mengais rezeki dengan menjadi sopir angkot. Sekitar 1960, ketika Prajogo menjalani profesi sebagai sopir angkot, dia akhirnya bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia bernama Bong Sun On atau Burhan Uray.

Pertemuan tersebut akhirnya membuat nasibnya sedikit demi sedikit berubah ke arah yang lebih baik. Prajogo mulai meniti karier di PT Djajanti Group milik Sun On pada 1969. Berkat kerja kerasnya, tujuh tahun kemudian Prajogo mendapatkan jabatan general manager (GM) di pabrik Plywood Nusantara.

Dari pengalaman kariernya, Prajogo memberanikan diri mengambil risiko untuk membuka usaha sendiri dan membeli CV Pacific Lumber Coy yang bermodalkan utang dari bank.

Perusahaan ini sukses dan membawa ke lantai bursa pasar modal Indonesia pada 1993 dan akhirnya berganti nama menjadi PT Barito Pacific pada 2007. Bisnisnya terus melesat hingga bekerja sama dengan anak-anak mantan Presiden Soeharto dan pengusaha lainnya.

Terkait karier, Prajogo Pangestu sempat menduduki posisi sebagai Presiden Komisaris PT Tripolyta Indonesia Tbk, Presiden Komisaris PT Chandra Asri Petrochemical Center, Wakil Presiden Komisaris PT Tanjungenim Lestari Pulp & Paper, Presiden Komisaris PT Barito Pacific Timber, Tbk, sejak 1993, hingga Komisaris PT Astra International, 1993-1998.

Pada 2007 Barito Pacific mengakuisisi 70% perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di BEI. Menyusul kesuksesan bisnis petrokimia dalam negeri, pada Maret 2022, kantor keluarga Pangestu kembali mengambil alih produsen energi panas Star Energy, dengan mengakuisisi 33% saham dari BCPG Thailand seharga US$ 440 juta atau Rp 6,8 triliun.

Perusahaan ini diincar Prajogo sejak 2009. Setelah itu, Prajogo akhirnya melakukan akuisisi sehingga jumlah saham Star Energy menjadi 66,66% saham beredar.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Konglomerat Ini Makin Tajir Karena Batu Bara, Siapa Saja?

(RCI/dhf)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts