Dunia Kini Sangat Bergantung ke Dolar, Ogah Pegang Yuan Cs!

Jakarta, CNBC Indonesia – Banyak negara kini berusaha melepas ketergantungannya terhadap dolar Amerika Serikat dalam bertransaksi, caranya dengan menerapkan transaksi mata uang lokal atau yang dikenal dengan istilah Local Currency Transaction (LCT). Namun, LCT ternyata akan sulit menggantikan dominasi dolar.

Ini sebagaimana diyakini oleh Ekonom Amerika Serikat peraih penghargaan nobel di bidang ekonomi Joseph Stiglitz. Menurutnya, dolar sebagai mata uang cadangan global atau reserve currency sulit akan tergantikan dengan mata uang lainnya.

Read More

“Saya pikir dunia sangat bergantung pada Dolar AS. Dolar AS memainkan banyak peran. Ini adalah store of value yang memainkan peran terhadap kurva,” kata Stiglitz dalam program Money Talks CNBC Indonesia dikutip Selasa (12/9/2023).

“Misalnya, terkait mata uang cadangan, tidak ada mata uang pengganti yang baik yang mampu membuat orang berpaling dari dolar,” ucapnya.

Stiglitz berpendapat, dominasi dolar yang sangat kuat dan sulit tergantikan itu juga dipengaruhi oleh faktor psikologis pasar yang menganggap dolar sebagai mata uang paling aman atau safe-haven currencies. Sebab, didasari atas kapasitas dolar yang hingga kini banyak digunakan orang.

“Mereka tidak akan menyimpannya di Eropa karena krisis euro yang terjadi. Mereka tidak akan ingin menaruh uang di China, Jepang terlalu kecil. Faktanya, Dolar akan tetap menjadi mata uang terkuat dan mata uang cadangan,” tegasnya.

Meski begitu, Stiglitz mengakui dalam hal transaksi, dominasi dolar bisa saja tergantikan, atau paling tidak tak menjadi mata uang dominan yang satu-satunya digunakan negara-negara di luar Amerika Serikat. Ia menganggap kondisi ini sebatas bagian dari evolusi transaksi perdagangan internasional.




Foto: Dunia Masih Bergantung Dengan Dolar AS, Dedolarisasi Jadi Sia-sia? (CNBC Indonesia TV)
Dunia Masih Bergantung Dengan Dolar AS, Dedolarisasi Jadi Sia-sia? (CNBC Indonesia TV)

Oleh sebab itu, Stiglitz tak heran kini banyak negara memanfaatkan LCT dalam transaksi antar negara. Menurutnya, ini akan terus berkembang karena memudahkan negara-negara itu bertransaksi dan juga bisa mengikis risiko transaksi ketika dolar tengah naik nilainya.

“Misalnya, pertemuan ASEAN ini dilakukan untuk memfasilitasi kerangka transaksi agar lebih mudah untuk mata uang lainnya, itu adalah hal yang baik. Menurut saya, ada banyak keuntungan, baik dari segi biaya transaksi maupun risiko, dengan melakukan transaksi dalam mata uang lain,” tuturnya.

Sebagai informasi, rencana untuk menyingkirkan dolar di kehidupan ini semakin nyata. Dua kelompok ekonomi besar yakni ASEAN dan BRICS telah mengadakan pertemuan dan sepakat mengurangi penggunaan dolar Amerika Serikat (AS) dalam transaksi perdagangan Internasional.

Pemerintah Indonesia sendiri telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Nasional Local Currency Transaction (LCT). Satgas akan bertugas untuk mendorong peningkatan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi lintas negara.

“Bank Indonesia meyakini bahwa Satgas Nasional LCT akan menjadi wadah koordinasi yang semakin memperkuat sinergi kebijakan antar kementerian dan lembaga,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo lewat keterangan tertulis, Selasa (5/9/2023).

BI menjadi satu dari sejumlah lembaga yang masuk dalam Satgas LCT. Selain BI, lembaga lain yang masuk adalah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Kementerian Keuangan, Kementerian Luar Negeri, serta Kementerian Perindustrian.

Kementerian Perdagangan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan juga masuk menjadi anggota tim Satgas.

Pembentukan Satgas tersebut diwujudkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman antar lembaga tentang Kerja Sama dan Koordinasi dalam rangka Peningkatan Penggunaan Mata Uang Lokal dalam Transaksi Indonesia dengan Negara Mitra. Penandatanganan nota disaksikan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN 2023 di Jakarta, pada Selasa (5/9/2023).

Dia berharap implementasi LCT juga bisa berkontribusi positif pada kegiatan ekspor-impor, investasi, dan transaksi pembayaran lintas bata. “Antara lain melalui QR cross border, termasuk ke depan dalam memfasilitasi transaksi perdagangan surat-surat berharga,” tutur Perry.

Saat ini, Indonesia telah mengimplementasikan kerja sama LCT dengan sejumlah negara, yaitu Malaysia, Thailand, Jepang, dan Tiongkok. Sementara itu, dengan Singapura dan Korea Selatan telah diperoleh kesepakatan bersama untuk membangun kerangka implementasi kerja sama LCT dengan Indonesia.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Suku Bunga The Fed Naik Lagi, Tapi Ada Sinyal Bakal Berhenti

(mij/mij)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts