Ekonomi AS Masih Kencang, Rupiah Melemah ke Rp15.620/US$


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah data AS menunjukkan bahwa perekonomian masih cukup panas dan sikap wait and see pelaku pasar perihal data neraca dagang Indonesia.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,29% di angka Rp15.620/US$. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak 7 Maret 2024.

Sementara DXY pada pukul 08:50 WIB turun ke angka 103,45 atau menguat 0,09%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin (14/3/2024) yang berada di angka 103,36.

Tekanan terhadap rupiah hari ini datang dari eksternal khususnya pasca inflasi produsen AS memanas dan data klaim pengangguran yang menurun.

Laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan Indeks Harga Produsen (PPI) naik 0,6% month to month (mtm) pada Februari. Nilai tersebut lebih panas dibandingkan dengan kenaikan 0,3% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei Reuters.

Dalam basis tahunan, juga semakin panas dengan naik 1,6% year on year/yoy, dibandingkan perkiraan prediksi pasar 1,1% yoy.

Sementara itu, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran mencapai 209.000 pada pekan yang berakhir 9 Maret. Nilai tersebut malah turun dibandingkan pekan sebelumnya sebesar 210.000 dan berbanding terbalik dengan konsensus yang proyeksi naik ke 218.000 klaim.

Hal ini dapat berdampak pada probabilitas pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (The Fed) di kemudian hari.

Tidak hanya itu, pelaku pasar juga saat ini sedang menunggu rilis data neraca dagang Indonesia yang akan diumumkan pagi ini oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Februari 2024 akan mencapai US$ 2,05 miliar.

Surplus neraca perdagangan diproyeksi tetap meningkat pada Februari 2024 meskipun ada lonjakan impor menjelang bulan Puasa atau Ramadhan. Surplus tersebut naik tipis dibandingkan Januari 2024 yang mencapai US$ 2,02 miliar. Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan terkontraksi 7,08% (year on year/yoy) sementara impor melonjak 10,27% (yoy) pada Februari 2024.

Sebagai catatan, nilai ekspor Januari 2024 terkoreksi 8,06% (yoy) dan turun 8,34% (month to month/mtm) menjadi US$ 20,52 miliar. Nilai impor Januari 2024 turun 7,15% (yoy) dan jatuh 19,99% (mtm) menjadi US$ 18,51 miliar.

Jika data neraca dagang berada di atas ekspektasi pasar/konsensus, maka hal ini setidaknya dapat meredam tekanan terhadap mata uang Garuda.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Data Inflasi AS Masih Dinanti Pelaku Pasar, Rupiah Ditutup Naik

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts