Ekonomi China Bikin Bursa Asia Merana, Hang Seng Ambruk

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup melemah pada perdagangan Selasa (18/7/2023), di mana investor masih menimbang tanda-tanda lesunya ekonomi China.

Read More

Hanya indeks Nikkei 225 Jepang yang ditutup di zona hijau pada hari ini yakni menguat 0,32% ke posisi 32.493,9.

Sedangkan sisanya ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong ambruk 2,05% ke 19.015,72, Shanghai Composite China melemah 0,37% ke 3.197,82, Straits Times Singapura turun tipis 0,01% ke 3.254,26, ASX 200 Australia terpangkas 0,2% ke 7,283.8, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,43% ke 2.607,62, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,54% menjadi 6.830,2.

Dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) sedang mempertimbangkan apakah akan mempertahankan suku bunga stabil atau menaikkan lagi sebesar 25 basis poin (bp) dalam pertemuan edisi Juli.

Dalam risalah yang dirilis pada pagi hari ini, RBA akhirnya memutuskan untuk membiarkan suku bunga tidak berubah, dengan mengatakan bahwa kebijakan moneter “jelas membatasi” pada suku bunga tunai yang berlaku sebesar 4,1% dan bahwa pembayaran bunga hipotek berada di sekitar rekor tertinggi pada Mei lalu.

RBA juga mengakui bahwa inflasi telah menurun dan akan membantu memitigasi risiko kenaikan ekspektasi inflasi jangka menengah.

Bank sentral Negeri Kanguru juga mengatakan risiko pertumbuhan output dapat melambat lebih dari yang diharapkan jika suku bunga dinaikkan, meski masih ada ketidakpastian yang cukup besar terkait konsumsi rumah tangga.

Di lain sisi, investor di Asia-Pasifik juga sepertinya masih menimbang pertumbuhan ekonomi China yang dirilis kemarin, di mana ekonomi China cenderung lesu pada kuartal II-2023.

Produk domestik bruto (PDB) China pada kuartal II-2023 naik sebesar 6,3% (year-on-year/yoy) atau lebih rendah dari ekspektasi pasar yang berada pada angka 7,3% (yoy). Namun begitu, hasil ini lebih tinggi dari kuartal I-2023 yang tumbuh sebesar 4,5% (yoy).

Secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), PDB China justru melandai menjadi 0,8% pada kuartal II-2023, lebih rendah dari periode kuartal I-2023 yang tumbuh 2,2%, tetapi lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 0,5%.

Meskipun begitu, ekspor China dilaporkan turun dengan besaran paling jumbo dalam tiga tahun pada Juni, angkanya merosot lebih buruk dari perkiraan yakni 12,4% (yoy). Sementara impor juga turun lebih dari yang diharapkan yakni sebesar 6,8% (yoy).

Ini menandakan bahwa ekonomi China tampak semakin terpukul. Negara yang dipimpin oleh presiden Xi Jin Ping ini tampak kehilangan momentum untuk pulih setelah tertekan dari Covid-19.

Pelemahan ekonomi China menjadi sinyal buruk bagi dunia, terutama Asia mengingat China adalah motor utama penggerak ekonomi di kawasan Asia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Pasar Khawatir Lagi, Bursa Asia Dibuka Lesu

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts