Ekonomi Indonesia Kian Membaik, Rupiah Jalan di Tempat

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca rilis data ekonomi Indonesia yang mengalami perbaikan.

Read More

Merujuk dari Refinitiv, rupiah ditutup stagnan 0,00% terhadap dolar AS di angka Rp15.350/US$ pada hari Jumat (15/9/2023). Meskipun begitu, rupiah sempat melemah hingga titik tertingginya di posisi Rp15.385/US$. Sedangkan dalam sepekan, rupiah pun tersungkur 0,2%

Sementara indeks dolar AS (DXY) mengalami depresiasi dan berada di angka 105,23 atau turun dari penutupan perdagangan kemarin (14/9/2023) yang berada di posisi 105,40.



Pagi tadi telah dirilis data ekspor, impor, dan neraca dagang Indonesia serta penjualan ritel di China.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai ekspor Indonesia sebesar US$22 miliar pada Agustus 2023. Jumlah tersebut naik 5,47% dari bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

BPS mencatat ekspor migas Agustus 2023 senilai US$1,32 miliar atau naik 7,5% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, ekspor non-migas Agustus 2023 juga naik sebesar 5,35%, dibanding bulan sebelumnya.

Secara tahunan, ekspor RI sayangnya turun cukup dalam sebesar 21,21% jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2022.

Menurut BPS, penurunan terjadi baik pada ekspor migas maupun non-migas dan penurunan melanjutkan tren penurunan awal tahun karena harga-harga komoditas unggulan di pasar global relatif lebih rendah dari tahun lalu.

Lebih lanjut, nilai impor Indonesia Agustus 2023 mencapai US$18,88 miliar, turun 3,53% dibandingkan Juli 2023 dan turun 14,77% dibandingkan Agustus 2022.

Kendati nilai impor Indonesia periode Agustus melandai, namun BPS mencatat ada kenaikan impor panjang sepanjang Januari-Agustus 2023. Hal itu disampaikan Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti saat konferensi pers kinerja ekspor-impor di Jakarta, Jumat (15/9/2023).

“Dapat kami sampaikan bahwa impor beras Januari-Agustus 2023 naik cukup tinggi dibanding periode sama tahun lalu. Ini juga kita melihat ada kenaikan impor jagung dan gandum, serta meslin,” katanya saat ditanya efek kondisi pangan dunia ke Indonesia.

Namun begitu, neraca perdagangan Indonesia berada di zona positif dan mengalami kenaikan sekitar 142% dari periode sebelumnya. Neraca perdagangan Indonesia Agustus 2023 mengalami surplus US$3,12 miliar. Ini adalah rekor surplus 40 bulan beruntun sejak Mei 2020.

“Surplus neraca perdagangan Agustus 2023 ini ditopang oleh komoditas non-migas yang mencapai US$ 4,47 miliar dan komoditas penyumbang surplus utamanya adalah lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral dan besi dan baja,” papar Amalia dalam rilis BPS, Jumat (15/9/2023).

Dengan perbaikan ekonomi Indonesia maka transaksi berjalan dan neraca pembayaran Indonesia ke depannya berpotensi mengalami perbaikan pula.

Beralih ke China, sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia, diketahui bahwa penjualan ritel mengalami kenaikan 4,6% tahun-ke-tahun pada bulan Agustus 2023, meningkat dari pertumbuhan 2,5% pada bulan sebelumnya dan melampaui perkiraan pasar sebesar 3,0%.

Dengan kenaikan ini, diharapkan perekonomian China mulai mengalami pertumbuhan ke arah yang positif khususnya dengan hadirnya berbagai stimulus dari pemerintah China.

Terbaru, stimulus semakin digencarkan dengan aksi bank sentral China (PBoC) yang memangkas jumlah rasio cadangan perbankan (RRR) untuk kedua kalinya pada tahun ini.

PBoC menurunkan rasio cadangan perbankan sebesar 25 bps menjadi 7,4%, penurunan akan berlaku mulai hari ini, Jumat (15/9/2023). Langkah ini dilakukan untuk membantu bank-bank bisa menstimulasi ekonomi yang melambat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Ramai Negara ASEAN “Buang” Dolar AS, Rupiah Bisa Makin Jaya?

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts