penyebabsakit.com

Ekonominya Jeblok, Dolar Singapura Malah Rekor! Rahasianya?

Jakarta, CNBC Indonesia – Perekonomian Singapura jeblok pada tahun lalu, meski demikian dolarnya mampu mencetak rekor termahal sepanjang sejarah melawan rupiah. Kebijakan moneter yang ketat, serta suku bunga yang atraktif menjadi kunci melesatnya kurs dolar Singapura.

Melansir data Refinitiv, pada 29 Desember lalu, kurs dolar Singapura menyentuh Rp 11.688/SG$ yang menjadi rekor termahal sepanjang sejarah. Sepanjang 2022, nilainya melesat sekitar 10%.

Sementara pada perdagangan Selasa (2/1/2022) pukul 11:30 WIB dolar Singapura ditransaksikan di kisaran Rp 11.641/SG$, menguat 0,34% dibandingkan penutupan perdagangan Senin.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT


Ekonomi Singapura tumbuh 3,8% pada 2022, melambat tajam dari pertumbuhan 7,6% pada tahun sebelumnya.

Adapun, anjloknya pertumbuhan ekonomi tersebut sudah diperkirakan sebelumnya. Pemerintah sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan hanya akan mencapai 3,5%. Artinya, penurunannya masih lebih baik dari proyeksi pemerintah.

Otoritas moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) cukup agresif mengetatkan kebijakannya. MAS mulai mengetatkan kebijakan moneter sejak Oktober 2021, hingga saat ini total sudah dilakukan sebanyak 5 kali.

Terakhir pada Oktober 2022 MAS mengubah titik tengah (centre) Singapore dollar nominal effective exchange rate (S$NEER). Sementara untuk slope dan width tidak diubah.

Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER, yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).

Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak di umbar kepada publik.

Dengan mengetatkan kebijakan tersebut, MAS membiarkan nilai tukar dolar Singapura untuk lebih menguat lagi.

Beberapa analis bahkan memprediksi ke depannya dolar Singapura masih akan menguat lagi.

Divya Davesh, Asia FX Strategist Standard Chartered Bank, memprediksi MAS mungkin tidak lagi mengetatkan kebijakannya di tahun depan, tetapi tidak juga akan dilonggarkan. Sebab Inflasi masih akan tinggi.

Dolar Singapura diperkirakan akan banyak menarik carry trade, strategi transaksi di pasar valuta asing dengan meminjam di negara dengan bunga rendah, dan menginvestasikannya di negara dengan bunga yang lebih tinggi.

“Kami memperkirakan dolar Singapura masih akan unggul di regional, didukung oleh daya tariknya sebagai carry trade,” kata Divya, sebagaimana dilansir The Daily Stars, Selasa (27/12/2022)

Menariknya carry trade di Singapura juga menjadi salah satu yang membuat rupiah menderita.

Bank Indonesia sebenarnya juga sudah menaikkan suku bunga acuannya beberapa kali, tetapi belum mampu mendongkrak kinerja rupiah. Tirisnya pasokan valuta asing (valas) khususnya dolar AS di dalam negeri menjadi tekanan bagi rupiah. Padahal neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus 31 bulan beruntun.

Ditengarai para eksportir menempatkan dolar AS mereka di Singapura. Sebabnya, suku bunga deposito valas di Singapura lebih tinggi ketimbang di Indonesia.

Penelusuran CNBC Indonesia menunjukkan rata-rata bunga deposito dolar Amerika Serikat (AS) di perbankan Singapura ada di kisaran 2,95-3,86% untuk tenor satu bulan. Sementara itu, untuk tenor 12 bulan bunga deposito menembus hingga 5,1%.Besaran bunga juga bervariasi tergantung nilai simpanan.

DBS, misalnya, menawarkan bunga deposito sebesar 3,86% untuk deposito dolar AS tenor 1 bulan sementara untuk tenor 12 bulan sebesar 4,76%.

Bunga tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan yang ditawarkan oleh bank dalam negeri seperti Bank Mandiri dan BCA yakni di kisaran 0,75-1,75%.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Tingkat Pengangguran Cuma 2,1%, Dolar Singapura Makin Mahal!

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version