Fakta! Bursa Saham Sepi Setiap Ada Piala Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia – Pasar saham cenderung ditinggalkan saat perhelatan Piala Dunia. Salah satu penyebabnya adalah euforia Piala Dunia yang membuat para suporter lebih konsumtif.

Saat Piala Dunia berlangsung, para penggemar sepak bola lebih memilih membelanjakan uangnya seperti untuk beli baju, nonton bareng, dan pengeluaran lainnya sehingga pasar saham akan ditinggalkan. Lantas bagaimana nasib pasar saham Indonesia?

Read More

Menilik ke belakang saat Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, volume perdagangan pasar saham suatu negara turun rata-rata 55% ketika negara tersebut bertanding, menurut studi ECB dari 15 bursa saham internasional.


Foto: CTGN
Transaksi Saham

Selain itu, di negara-negara penggila sepak bola, volume perdagangan turun hingga 75% di Brasil ketika Neymar CS bermain. Sementara volume perdagangan di bursa saham Argentina anjlok 79% saat Messi bermain.

Menurut studi tersebut, aktivitas perdagangan rata-rata turun 40% saat lagu kebangsaan dinyanyikan dan tetap sepi hingga hingga peluit akhir.

Tak hanya saat 2010, edisi Piala Dunia sebelumnya pun memiliki fenomena yang sama. Mengutip CTGN, volume perdagangan saham yang bertepatan pada pertandingan sepak bola lebih kecil dibandingkan tanggal yang sama pada tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya.


Transaksi SahamFoto: CTGN
Transaksi Saham

Prancis menghadapi Nigeria di Brasil pada pukul 1 siang waktu setempat pada 30 Juni 2014. Dan Argentina versus Swiss pada 1 Juli, Prancis versus Jerman pada 4 Juli, Brasil versus Jerman pada 8 Juli, dan Belanda versus Argentina pada 9 Juli. AS menghadapi Belgia setelahnya pasar ditutup pada 1 Juli.

Menurut Alex Edmans dalam penelitiannya Sports Sentiment and Stock Returns, suasana hati yang terbentuk di Piala Dunia berpotensi mampu menggerakkan pasar.

“Efek kerugian ini lebih kuat pada saham kecil dan permainan yang lebih penting, dan kuat terhadap perubahan metodologi.”

Para peneliti memeriksa 1.100 pertandingan sepak bola di Piala Dunia dan pengembalian saham di 39 negara, dan menemukan bahwa kerugian pada tahap eliminasi menyebabkan pasar nasional turun 0,5 persen keesokan harinya.

“Bukan berarti kerugian memiliki konsekuensi ekonomi yang sangat merusak, itu hanya mempengaruhi suasana hati investor.”

Senada dengan penelitian tersebut, studi yang dilakukan oleh Goldman Sachs menunjukkan indeks saham negara pemenang mengungguli pasar global sekitar 3,5% di bulan pertama. Namun, karena ini dipengaruhi oleh suasana hati, kinerja positif di saham cepat memudar.

 

Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts