Fluktuatif, IHSG Dibayangi Potensi Loyo di Sesi II

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif dan ditutup turun tipis di sesi I, Selasa (15/8/2023). IHSG terkoreksi 0,01% ke 6.909,56, usai sempat menembus 6.928,63 di tengah sesi. Nilai transaksi Rp5,69 triliun dan volume 11,52 miliar saham.

IHSG sempat mengikuti pergerakan bursa saham global. Pada pagi hari ini, mayoritas bursa Asia-Pasifik terpantau menguat. Indeks Nikkei 225 Jepang melesat 0,88%, Straits Times Singapura naik 0,1%, dan ASX 200 Australia bertambah 0,53%.

Read More

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China terpantau melemah, masing-masing 0,8% dan 0,29%.
Sementara di Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street pada penutupan perdagangan kemarin terpantau menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tipis 0,07%, S&P 500 menguat 0,58%, dan Nasdaq Composite melesat 1,05%.

Adapun dari dalam negeri, sentimen pasar pada hari ini yakni dari rilis data neraca perdagangan periode Juli 2023. Neraca perdagangan Indonesia Juli 2023 mengalami surplus US$ 1,31 miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$ 3,22 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai US$ 1,91 miliar.

Angka ini di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juli 2023 akan mencapai US$ 2,66 miliar.

Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 39 bulan berturut sejak Mei 2020.

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan neraca perdagangan komoditas migas mengalami defisit US$ 1,91 miliar disumbang oleh minyak mentah dan hasil minyak.

“Defisit (migas) Juli 2023, lebih besar dari bulan lalu, namun lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun lalu,” papar Amalia.

Adapun, secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$ 21,24 miliar atau lebih rendah US$ 7,88 miliar, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

“Selama Januari-Juli 2023, sektor migas mengalami defisit US$10,70 miliar, tetapi masih terjadi surplus pada sektor nonmigas US$ 31,94 miliar, sehingga secara total mengalami surplus US$ 21,24 miliar,” paparnya.

Analisis Teknikal




Foto: CNBC Indonesia
Pergerakan IHSG

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG tak sanggup bertahan di atas area resistance 6.925. di Sesi II, IHSG berpotensi menguji level psikologis 6.900 dan support penting 6.880 (Fibonacci 78,6%).

IHSG masih berada di pola rectangle yang menunjukkan fase konsolidasi dan menunggu katalis lanjutan.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI turun ke 56,51.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD di atas garis sinyal.

Di sesi II, IHSG berpeluang menguji level psikologis 6.900 dan support penting 6.880 (Fibonacci 78,6%) sebelum menentukan arah selanjutnya. Adapun, resistance terdekat di level 6.925.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Sudah di Depan Mata! IHSG Tatap Level Psikologis 6.800

(mkh/mkh)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts