FUTR Baru Berdiri Sudah IPO, Ibarat Beli Kucing dalam Karung

Jakarta, CNBC Indonesia – PT Lini Imaji Kreasi Ekosistem Tbk (FUTR) yang masih seumur jagung listing di Bursa Efek Indonesia seperti beli kucing di dalam karung. Untuk mengurangi risiko baiknya saham ini dihindari meskipun dalam dua hari sebelumnya mampu menguat 55,71%. Pada perdagangan Kamis (2/3/2023) FUTR berbalik turun 6,75% alias auto reject bawah (ARB).

Berdasarkan prospektus, FUTR didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 74 tertanggal 29 Juli 2021. Artinya belum genap dua tahun perusahaan tersebut berdiri. Alhasil laporan keuangan mengenai aset dan profitabilitas pun hanya bisa diakses hingga tanggal tahun berdiri yakni Juli 2021.

Lantas bagaimana investor bisa menganalisis perusahaan tersebut berdasarkan historis? Jawabannya tidak bisa.

Maka dari itu hajatan Initial Public Offering (IPO) ini bak beli kucing di dalam karung karena perusahaan tidak bisa ditinjau lebih dalam mengenai data keuangan.

Padahal data historis perusahaan sangat penting bagi investor dalam menganalisis tren perusahaan dari segi bisnis, industri, hingga performa keuangannya.

Lantas jika hanya satu tahun berdiri lalu IPO, apa yang bisa dianalisis secara mendalam oleh investor? Tidak ada.

Salah satu cara melakukan analisis perusahaan adalah analisis horizontal. Cara ini menggunakan data-data keuangan selama beberapa tahun dan dibandingkan satu sama lain untuk menentukan tingkat pertumbuhan.

Fungsinya adalah membantu investor menentukan apakah perusahaan memiliki pertumbuhan yang naik atau malah negatif.

Saat membangun model keuangan dalam analisis, biasanya akan ada setidaknya atau minimal tiga tahun informasi keuangan historis dan perkiraan dalam lima tahun mendatang. Dalam membuat prakiraan pun, diperlukan data historis beberapa tahun ke belakang.

Melalui data historis investor juga bisa mengukur kondisi perusahaan pada berbagai momentum ekonomi baik saat krisis maupun saat terapresiasi. Seberapa kuat perusahaan menghadapi krisis ekonomi atau krisis di dalam industrinya.

Selain itu juga dapat sebagai bahan pembanding dengan kompetitor di industri sejenis untuk mengetahui tren industri secara keseluruhan. Serta posisi perusahaan dibandingkan yang lain.

Lagipula, di dalam prospektus dijelaskan ada risiko perubahan teknologi yang dampaknya kepada kebutuhan pasar, sehingga teknologi yang ada saat ini akan ditinggalkan oleh pasar karena kehadiran teknologi baru yang lebih bermanfaat.

Jika FUTR tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar yang baru maka akan mudah ditinggalkan oleh konsumen. Sehingga akan berdampak buruk terhadap performa perusahaan.

Untuk mengikuti perkembangan prospek digital juga diperlukan modal yang besar yang bisa saja membuat utang membengkak.

Bagaimana investor bisa menganalisis FUTR untuk dapat menangani risiko tersebut jika perusahaan baru berdiri satu tahun? Tidak bisa.

Selain itu risiko yang terkandung adalah banjir modal kepada perusahaan teknologi beberapa tahun terakhir menciptakan perusahaan-perusahaan sejenis yang siap bersaing. Sehingga persaingan menjadi ketat dan cake pasar menjadi lebih kecil.

Bagi investor, perlu diperhatikan juga risiko pasar meliputi likuiditas, fluktuasi harga saham, pembagian dividen, dan penjualan saham dalam jumlah besar.

Lalu bagaimana investor bisa menganalisis FUTR strategi menghadapi persaingan industri jika perusahaan baru berdiri satu tahun? Tidak bisa.

Jadi jika tidak ada data keuangan historis secara fundamental yang bisa dianalisis, investor akan cenderung gambling untuk membeli perusahaan tersebut di pasar sekunder. Sebab tak hanya grafik harga saja yang tidak ada, namun juga tren keuangan FUTR.

Apalagi valuasi FUTR mahal, nilai bukunya saat mencapai Rp29,49 per lembar saham. Kemudian dengan harga penawaran Rp100 per lembar saham, price to book value (PBV) menjadi 3,39 kali. 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


Artikel Selanjutnya


Diborong 50.000 Investor, IPO CBRE Oversubscribed 140 Kali

(ras/ras)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts