Ganjar Kritik Utang BUMN Karya, Ini Faktanya!

Jakarta, CNBC Indonesia – Calon Presiden RI Ganjar Pranowo menyoroti persoalan utang yang melanda BUMN karya saat ini. Dia menyebut pihak yang bermain di tubuh perusahaan-perusahaan pembangunan plat merah itu yang akhirnya justru memicu utang.

Read More

Ganjar pun menyindir bahwa BUMN yang merugi tidak mendapatkan sanksi. “Ada gak sih penalty buat mereka [BUMN], kalau kamu gak perform, kamu gak gajian?” katanya.

Oleh karena itu, kata Ganjar, nantinya dia akan mengkaji perusahaan-perusahaan BUMN Karya. Dalam hal itu dia akan mengandalkan pasangannya pada Pilpres 2023, Mahfud MD.

Sementara itu, pemerintah telah mengalokasikan anggaran khusus untuk menyelamatkan BUMN karya yang kini hampir karam ditelan utang.

FAKTA UCAPAN GANJAR

Sebagaimana diketahui, dalam setahun terakhir terungkap masalah di sejumlah BUMN Karya. Hal ini berujung hingga utang vendor yang menumpuk dan gagal bayar surat utang macam PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).

Sejak 5 Mei lalu, saham WSKT disuspensi oleh BEI seiring adanya Penundaan Pembayaran Bunga Ke-11 Obligasi Berkelanjutan IV Waskita Karya Tahap I Tahun 2020 (WSKT04CN1).

Menyoal kinerja keuangan, emiten-emiten BUMN Karya cenderung tidak memuaskan.

PT Hutama Karya (Persero) mencatatkan rugi sepanjang tiga tahun berturut-turut sejak 2020 hingga 2023. Kinerja keuangan perusahaan membaik per kuartal III 2023, dengan laba bersih senilai Rp 34 miliar. Akan tetapi, perlu diingat pada 2020 dan 2021, Hutama Karya mencatat kerugian masing-masing sebesar Rp 2 triliun.

Kemudian, WSKT mencatat rugi bersih sebesar Rp 2,83 triliun pada kuartal III/2023 dari sebelumnya meraup untung sebesar Rp 425,29 juta pada tahun lalu. Sementara rugi per saham tercatat mencapai Rp 98,39 per lembar.

Mengutip laporan keuangan per akhir September 2023, kerugian tersebut karena pendapatan yang turun 24,14% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 7,81 triliun dari sebelumnya Rp 10,3 triliun.

Mirip dengan WSKT, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mencatatkan pembengkakan rugi bersih dari Rp13,32 miliar menjadi Rp1,88 triliun pada semester I-2023.

Sementara, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) membukukan laba bersih sebesar Rp23,54 miliar selama 9 bulan 2023, naik 11,94% YoY. Kemudian, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) mengantongi laba bersih sebesar Rp239,73 miliar pada kuartal III/2023, naik 70% YoY.

Kendati barangkali perolehan laba sejumlah emiten membaik, akan tetapi neraca keuangan kelima BUMN Karya masih belum bisa dikatakan sepenuhnya sehat.

Total utang empat BUMN Karya meningkat lebih dari 12 kali lipat hingga Rp130 triliun sejak Jokowi duduk di pucuk pemerintahan.

Sementara, total liabilitas atau kewajiban (termasuk utang) 4 emiten BUMN Karya–WSKT, WIKA, ADHI, PTPP-mencapai Rp215,46 triliun per 30 September 2023 (kecuali data WIKA per 30 Juni 2023).

Sebagaimana diketahui, Jokowi berambisi membangun proyek infrastruktur yang ambisius, salah satunya jalan tol Trans-Jawa sepanjang 1.167 kilometer.

Anggaran infrastuktur di era Jokowi (sejak 2014) pun meningkat signifikan, dari Rp184 triliun sebelum dirinya menjadi Presiden RI pada 2013 menjadi Rp392 triliun pada tahun anggaran 2023.

Penugasan yang besar tersebut, yang meningkatkan rasio pengungkit (leverage ratio) atau rasio utang BUMN Karya, akhirnya mulai mengalami dampak yang signifikan saat pandemi Covid-19 menghantam pada 2020 lalu.

Sebagaimana diketahui, proyek-proyek nasional BUMN Karya tersebut, contohnya Waskita, dibiayai oleh utang bank yang besar (dari bank BUMN), terutama utang berbunga jangka pendek.

Waskita pun sempat melakukan restrukturisasi utang bank Rp29 triliun pada 2021. Walaupun, ternyata itu bukan kasus terakhir untuk emiten dengan kode emiten WSKT tersebut, seperti disebut sebelumnya di atas.

RASIO UTANG YANG TINGGI

Rasio pengungkit yang mengukur seberapa banyak utang perusahaan dibandingkan ekuitas investor alias debt to equity ratio (DER) BUMN Karya masih tinggi. Ini tentu mengganggu baik untuk pemberi pinjaman/kredit maupun investor.

Pemberi pinjaman tentu menginginkan DER yang rendah supaya pinjaman bisa dibayar lunas, bahkan tanpa menggunakan ekuitas pemegang saham, jika perusahan terkena masalah going concern.

Demikian pula investor yang tidak ingin investasinya terganggu apabila perusahaan mengalami masalah solvabilitas alias tak mampu membayar utang jangka panjang perusahaan.

Waskita, emiten BUMN Karya yang paling terekspos, memiliki DER 1.343%, jauh di atas patokan (rule of thumb) 2-3 (200%-300%) untuk perusahaan konstruksi. DER WIKA juga sudah menyentuh 512%.

Untuk ADHI, PTPP, angkanya barangkali masih di rentang 300%-350% (sejumlah covenant pinjaman bank). Kendati demikian, angka tersebut tetap riskan mengingat suku bunga yang tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang panjang membawa risiko tersendiri.

Lebih lanjut, problem restrukturisasi utang, yang kemudian berujung pada kesulitan mendapatkan modal kerja dari bank masih menjadi pekerjaan rumah (PR) untuk sejumlah emiten BUMN Karya, masih menjadi awan gelap sektor ini.

Karenanya, jalan perbaikan kesehatan emiten BUMN Karya tampaknya masih panjang. Namun, peluang baik selalu terbuka, apalagi kalau Proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) berhasil membawa berkah terhadap emiten-emiten tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Ini Pesan Khusus Erick Thohir Soal BUMN Karya ke Rosan

(haa/haa)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts