Gegara Amerika, Minyak Gagal Rebound


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak dibuka lebih rendah pada awal perdagangan pagi hari ini, melanjutkan penurunan pada perdagangan sebelumnya setelah rilisnya data peningkatan penyimpanan minyak di Amerika Serikat (AS).

Pada pembukaan perdagangan hari ini Kamis (11/1/2024), harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,06% di posisi US$71,33 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka turun 0,09% di posisi US$76,73.


Pada perdagangan Rabu (10/1/2024), harga minyak mentah WTI ditutup anjlok 1,20% di posisi US$71,37 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terdepresiasi 1,02% ke posisi US$76,8 per barel.

Harga minyak turun hampir satu dolar per barel pada hari Rabu setelah lonjakan stok minyak mentah AS yang mengejutkan meningkatkan kekhawatiran terhadap permintaan di pasar minyak terbesar.

Harga telah naik lebih dari 1% di awal sesi tetapi berbalik arah setelah Badan Informasi Energi AS melaporkan peningkatan mengejutkan dalam stok minyak mentah dan lonjakan penyimpanan bensin dan sulingan yang lebih besar dari perkiraan.

“Laporan EIA hari ini menyoroti kekhawatiran investor terhadap melambatnya pertumbuhan permintaan,” ujar Rob Haworth, ahli strategi investasi senior di U.S. Bank Asset Management, dilansir dari Reuters.

Persediaan minyak mentah AS naik 1,3 juta barel pada pekan yang berakhir 5 Januari menjadi 432,4 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan 700.000 barel. Stok bensin naik 8 juta barel sementara stok sulingan melonjak 6,5 juta barel, EIA melaporkan.

“Penjelasannya adalah melemahnya ekspor minyak mentah dan produk olahan yang mengakibatkan peningkatan produksi di AS, sehingga menurut saya hal ini perlu diperhatikan, bagaimana permintaan luar negeri berkembang,” ujar analis UBS Giovanni Staunovo, dilansir dari Reuters.

Prospek ekonomi Eropa yang lemah menambah kekhawatiran terhadap permintaan minyak. Zona euro mungkin berada dalam resesi pada kuartal terakhir dan prospeknya masih lemah, menurut Wakil Presiden Bank Sentral Eropa Luis de Guindos pada hari Rabu.

Namun terdapat hal yang masih membatasi penurunan minyak, dimana investor tetap khawatir terhadap potensi gangguan pasokan minyak di Timur Tengah selama perang Israel-Hamas.

Gedung Putih mengatakan serangan yang dilakukan oleh militan Houthi yang bermarkas di Yaman di Laut Merah bersifat “meningkat” dan AS akan berkonsultasi dengan mitra-mitranya mengenai langkah selanjutnya jika serangan terus berlanjut.

“Reaksi pasar hari ini menunjukkan para pedagang secara aktif menyeimbangkan dampak potensial dari meningkatnya risiko geopolitik dan melambatnya pertumbuhan ekonomi terhadap harga komoditas,” ujar Thomas Wash, ahli strategi pasar di Confluence Investment Management yang berbasis di Missouri, dilansir dari Reuters.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Keputusan The Fed, Bikin Harga Minyak Melejit

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts