Gegara Ini Dolar AS Jatuh Ke Level Terendah Dalam 6 Pekan

Jakarta, CNBC Indonesia – Dolar Amerika Serikat (AS) jatuh ke level terendah selama 6 minggu terakhir pada hari Jumat setelah data menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini lebih sedikit dibandingkan perkiraan bulan lalu.

Read More

Ha tersebut memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan tingkat suku bunganya pada pertemuan bulan Desember mendatang.

Indeks dolar greenback terhadap enam mata uang utama, turun 1,1% menjadi 105,03, setelah sebelumnya merosot ke 104,93 yang merupakan level terendah sejak 20 September. Indeks ini berada dalam tren penurunan terbesar sejak Juli.

Pada pekan ini, greenback turun 1,4%, menuju performa mingguan terburuknya sejak Juli.

Data menunjukkan nonfarm payrolls meningkat 150.000 pekerjaan pada bulan lalu. Angka-angka untuk bulan September direvisi lebih rendah menjadi 297.000 pekerjaan yang tercipta, bukan 336.000 seperti yang dilaporkan sebelumnya.

“Dari pandangan saya, siklus kenaikan suku bunga Fed telah berakhir dan ini menegaskan kembali pandangan bahwa Fed seharusnya tidak menaikkan suku bunga lagi,” kata Ronald Temple, kepala strategi pasar di Lazard di New York mengutip laman Reuters, Sabtu (4/11).

Menurutnya, jika melihat lapangan kerja baru dengan perbandingan 150.000 dan 180.000 yang diharapkan, itu masih merupakan angka penciptaan lapangan kerja yang kuat. Angka tersebut sangat ideal untuk perekonomian.

“Namun lebih sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh ekonomi AS relatif terhadap pertumbuhan populasi dan tingkat pengangguran yang stabil. Itu adalah angka yang sangat bagus,” katanya.

Selanjutnya, dolar terhadap yen jatuh ke level terendah selama dua minggu di 149,18, dan terakhir turun 0,8% di 149,315 yen. Angka tersebut sekaligus mengakhiri minggu yang penuh angin puyuh, di mana mata uang Jepang menyentuh level terendah selama satu tahun terakhir terhadap dolar.

Pada minggu ini, dolar turun 0,2% terhadap yen. Angka tersebut merupakan penurunan mingguan terbesar sejak akhir Juli.

Penurunan yen di awal minggu ini terjadi setelah Bank of Japan mengubah kebijakan kontrol kurva imbal hasilnya pada hari Selasa lalu, tetapi tidak sebanyak yang diperkirakan pasar.

Gubernur bank sentral Kazuo Ueda akan terus membongkar kebijakan moneternya yang sangat longgar dan berusaha keluar dari rezim akomodatif yang telah berlangsung selama satu dekade ini tahun depan.

Di sisi lain, data ekonomi lainnya yang dirilis pada hari Jumat juga menggambarkan perlambatan ekonomi.

Menurut Institute for Supply Management (ISM), sektor jasa AS melambat selama dua bulan berturut-turut di bulan Oktober. PMI non-manufaktur turun ke level terendah lima bulan di 51,8 dari 53,6 di bulan September. PMI jasa telah menurun sejak bulan Agustus, ketika PMI ini naik ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir.

Pada mata uang lainnya, euro terakhir naik 1,1% pada US$ 1,0735, dan berkat kenaikan di awal minggu ini, euro menuju kenaikan mingguan sebesar 1,6%, terbesar dalam empat bulan.

Sementara, mata uang sterling naik 1,5% terhadap dollar menjadi US$ 1,2381, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi enam minggu di US$ 1,2389. Pound Inggris membukukan performa harian terbaiknya sejak Januari lalu.

Mata uang ini juga bersiap untuk kenaikan mingguan sebesar 2,4% yang merupakan angka terbesar sejak November 2022.

Penurunan dolar mencerminkan penurunan imbal hasil obligasi AS. Imbal hasil acuan AS bertenor 10 tahun turun ke level terendah lima minggu di 4,484%, dan menuju penurunan lebih dari 30 basis poin, terbesar sejak Maret 2020.

Penurunan minggu ini dipicu oleh kombinasi dari Departemen Keuangan AS yang mengumumkan peningkatan yang lebih kecil dari perkiraan dalam pasokan Treasury bertanggal lebih lama.

Selain itu, juga dipengaruhi oleh Ketua Fed Jerome Powell yang tampaknya kurang hawkish daripada yang diharapkan pasar pada konferensi persnya setelah pertemuan Fed pada hari Rabu.

Menurut alat FedWatch CME, setelah data sektor pekerjaan dan jasa, pasar saat ini memperkirakan peluang kenaikan suku bunga kurang dari 5% pada bulan Desember, dibandingkan dengan hampir 20% pada hari Kamis kemarin.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Rupiah Terkena Efek The Fed, Bikin Dolar Tembus Rp 15.500

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts