Gelembung Perusahaan Prajogo dari Kaca Mata Emiten BUMN Top 4


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Ada empat emiten yang terafiliasi dengan taipan Prajogo Pangestu terpantau berhasil merajai bursa saham sepanjang 2023 dengan kenaikan harga saham yang fantastis. Hal tersebut bahkan mampu meningkatkan kapitalisasi pasar bersaing dengan empat emiten BUMN besar Tanah Air. 

Empat emiten tersebut antara lain ada PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Barito Pacific Tbk (BPRT) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).

Dua dari empat emiten tersebut bahkan baru saja IPO tahun ini, akan tetapi mampu mencetak kenaikan harga saham yang luar biasa. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan hari ini, Jumat (29/12/2023) per akhir sesi I, terhitung sejak IPO harga saham BREN sudah naik lebih dari 9 kali lipat ke harga Rp7650/saham, sementara CUAN mampu naik lebih dari 60 kali ke posisi Rp13.425/saham.

Sedangkan, dua saham yang lain yakni TPIA dan BRPT masing-masing telah menguat 120,82% dan 78,81% sejak awal tahun 2023.

Dengan kenaikan harga saham yang fantastis, apabila menghitung akumulasi kapitalisasi pasarnya dari empat emiten grup Barito nilainya mencapai Rp1791,89 triliun. Nilai tersebut setara 15,25% apabila dibandingkan dengan total kapitalisasi IHSG yang mencapai Rp11.745,62 triliun.

Kapitalisasi pasar konglomerasi bisnis Prajogo tersebut, nyatanya tidak jauh beda jika dibandingkan emiten BUMN top 4 yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang secara akumulasi mencapai Rp2023,19 triliun atau setara 17,22% terhadap IHSG.

Dengan kata lain, empat emiten milik Prajogo nilai pasarnya hanya 11% lebih kecil dari empat emiten BUMN terbesar yang melantai di bursa.


Lantas bagaimana dengan profitabilitasnya?

Jika kenaikan harga saham yang fantastis membuat market cap juga melonjak dan mampu bersaing dengan empat BUMN besar Tanah Air. Lantas apakah profitabilitasnya mampu bersaing?

Sayangnya, empat emiten Taipan Prajogo Pangestu masih kalah jauh jika membandingkan profitabilitasnya. Seperti TPIA malah masih mencatat kerugian di sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini sebanyak Rp330,43 miliar. Sedangkan, yang lainnya masih mencetak profit walau masih di angka miliaran, kecuali BREN yang mampu mencetak laba sebanyak Rp1,31 triliun.

Sebaliknya, empat BUMN besar  RI rata-rata berhasil mencetak laba belasan hingga puluhan triliun, lihat saja BBRI hingga akhir September 2023 berhasil cetak laba tertinggi di industri mencapai Rp43,99 triliun. Sementara yang paling kecil BBNI laba bersihnya mencapai Rp15,75 triliun pada periode yang sama.

Secara total, gabungan empat emiten Prajogo hanya mampu mencatatkan laba Rp 1,71 triliun hingga akhir kuartal III-2023. Sementara itu top 4 emiten BUMN mampu mencatatkan laba gabungan senilai Rp 118,3 triliun atau 68 kali lebih besar dari catatan emiten milik Prajogo.

Nilai pasar emiten milik Prajogo diperdagangkan 1.048 kali laba bersihnya (EV/laba bersih), dengan top 4 BUMN nilai pasarnya hanya 17,10 kali catatan laba bersih.

Artinya dengan kapitalisasi pasar yang tidak terlalu berbeda jauh, konglomerasi empat emiten (BREN, TPIA, CUAN, BRPT) milik Prajogo relatif lebih mahal 61 kali lipat dari top 4 BUMN (BBRI, BMRI, TLKM dan BBNI).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Beda Nasib Saham Prajogo, BRPT-TPIA Terbang, CUAN-BREN Suspen

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts