Harga Batu Bara Masih Labil, Sahamnya di RI Ikutan Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas saham emiten batu bara terpantau melemah pada perdagangan sesi I Senin (10/4/2023), di tengah masih tingginya volatilitas harga batu bara acuan dunia.

Read More

Per pukul 10:59 WIB, dari 20 saham batu bara di RI, 17 saham melemah dan tiga saham terpantau melemah.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.






















Saham Kode Saham Harga Terakhir Perubahan
Bumi Resources BUMI 124 -4,62%
Adaro Minerals Indonesia ADMR 1.135 -3,40%
Harum Energy HRUM 1.535 -3,15%
Borneo Olah Sarana Sukses BOSS 64 -3,03%
Golden Eagle Energy SMMT 720 -2,70%
Indika Energy INDY 2.490 -1,97%
Atlas Resources ARII 216 -1,82%
Adaro Energy Indonesia ADRO 2.980 -1,31%
Bukit Asam PTBA 3.980 -1,24%
MNC Energy Investment IATA 80 -1,23%
Alfa Energi Investama FIRE 84 -1,18%
ABM Investama ABMM 3.260 -0,91%
Mitrabara Adiperdana MBAP 6.225 -0,80%
Baramulti Suksessarana BSSR 3.990 -0,75%
Delta Dunia Makmur DOID 308 -0,65%
TBS Energi Utama TOBA 488 -0,41%
Indo Tambangraya Megah ITMG 41.025 -0,24%
Bayan Resources BYAN 21.550 0,23%
United Tractors UNTR 30.000 0,67%
Prima Andalan Mandiri MCOL 6.625 1,92%

Sumber: RTI

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi yang paling besar koreksinya pada pagi hari ini, yakni ambruk 4,62% ke posisi harga Rp 124/saham.

Sedangkan, saham raksasa batu bara secara mayoritas melemah. Hanya saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan saham PT United Tractors Tbk (UNTR) yang terpantau menguat pada pagi hari ini.

Harga batu bara memang menguat dalam tiga pekan beruntun. Namun, upaya batu bara mempertahankan kenaikan harga menghadapi tantangan berat pekan ini.

India diharapkan menjadi penggerak utama pasar pada pekan ini selain China. Namun, lagi-lagi perkembangan di Eropa bisa menekan harga batu bara.

Pada perdagangan terakhir pekan lalu, harga batu bara kontrak Mei di pasar ICE Newcastle ditutup ambles 2,98% di posisi US$ 203,25 per ton.

Adapun perdagangan terakhir pekan lalu yakni pada Kamis, karena pada ditutup untuk memperingati Jumat Agung.

Pelemahan pada Kamis berbanding terbalik dengan penguatan sebesar 2,4% pada Rabu lalu. Pelemahan tersebut juga semakin menegaskan betapa harga batu bara sangat labil pada pekan lalu.

Dalam sepekan terakhir, harga batu bara melemah dua hari dan menguat tiga hari.

Secara keseluruhan, harga batu bara menguat 5,31% pada pekan lalu. Penguatan tersebut sekaligus memperpanjang tren positif batu bara. Pada pekan sebelumnya, harga pasir hitam juga 0,34% dan dua pekan sebelumnya melonjak 9,88%.

Kenaikan pada pekan lalu ditopang oleh membaiknya permintaan dari Asia serta proyeksi cuaca yang lebih dingin di Eropa.

Permintaan dari Asia, terutama India kemungkinan masih kencang pada pekan ini. Pasalnya, India tengah mempersiapkan diri menghadapi musim panas pada April-Juni mendatang.

Namun, proyeksi melemahnya permintaan dari India setelah April atau pada beberapa bulan mendatang akan menekan harga batu bara.

Impor batu bara India menjadi 148,58 juta ton pada April 2022-Februari 2023. Jumlah tersebut melonjak 32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 112,38 juta ton.

Impor batu bara kokas naik 7,69% menjadi 50,50 juta ton.

Besarnya impor batu bara India sejalan dengan lonjakan permintaan listrik Negara Bollywood. Produksi listrik India pada tahun fiskal 2022/2023 menembus 1591,11 miliar kilowat-hours (kWh) atau naik 8,4%.

India adalah konsumen batu bara terbesar kedua di dunia setelah China sehingga akan sangat menentukan pergerakan harga.

Selain India, China juga diharapkan mampu mengerek harga batu bara pada pekan ini. Namun, permintaan dari China masih akan sangat tergantung pada seberapa cepat industri baja mereka berkembang.

Harga batu bara juga akan sangat ditentukan oleh perkembangan harga gas. Batu bara merupakan sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling mempengaruhi.

Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) turun 2,7% sehari menjadi 43,13 euro per mega-watt hour (MWh) pada Kamis kemarin.

Dengan terus melemahnya harga gas maka negara-negara Eropa lebih memilih menggunakan gas dari pada batu bara.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Harga Acuan Global Melandai, Saham Batu Bara RI Kok Ngacir?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts