Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas emiten batu bara terpantau bergerak di zona hijau pada perdagangan sesi I Senin (28/8/2023), di tengah bangkitnya kembali harga batu bara dunia setelah sempat terkoreksi pada perdagangan Rabu dan Kamis pekan lalu.
Per pukul 09:30 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 17 saham terpantau menguat, dua saham cenderung stagnan, dan sisanya yakni satu saham terpantau melemah.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
MNC Energy Investment | IATA | 62 | 3,33% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2.670 | 3,09% |
Alfa Energi Investama | FIRE | 68 | 3,03% |
Prima Andalan Mandiri | MCOL | 4.570 | 2,70% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 29.250 | 1,92% |
Bukit Asam | PTBA | 2.960 | 1,72% |
United Tractors | UNTR | 26.475 | 1,63% |
Indika Energy | INDY | 2.050 | 1,49% |
Bumi Resources | BUMI | 143 | 1,42% |
Mitrabara Adiperdana | MBAP | 5.525 | 1,38% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 3.940 | 1,29% |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 1.195 | 1,27% |
Delta Dunia Makmur | DOID | 422 | 0,96% |
Bayan Resources | BYAN | 18.775 | 0,94% |
ABM Investama | ABMM | 4.070 | 0,74% |
Harum Energy | HRUM | 1.610 | 0,62% |
TBS Energi Utama | TOBA | 352 | 0,57% |
Golden Eagle Energy | SMMT | 1.145 | 0,00% |
Borneo Olah Sarana Sukses | BOSS | 50 | 0,00% |
Atlas Resources | ARII | 320 | -1,23% |
Sumber: RTI
Saham batu bara Grup MNC yakni PT MNC Energy Investment Tbk (IATA) memimpin penguatan saham-saham batu bara RI pada hari ini, yakni melonjak 3,33% ke posisi Rp 62/saham.
Selain itu, saham raksasa batu bara juga secara mayoritas bergairah pada hari ini, dengan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menjadi saham raksasa batu bara yang penguatannya paling besar yakni mencapai 3,09% menjadi Rp 2.670/saham.
Pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu, harga batu bara kembali rebound setelah sempat terkoreksi selama dua hari yakni pada Rabu dan Kamis pekan lalu.
Melansir data dari Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak September ditutup melonjak 2,24% di posisi US$ 159,5 per ton. Koreksi yang terjadi dua hari beruntun menyebabkan harga batu bara dalam sepekan masih berada di zona merah, turun 0,78%.
Walau begitu, kenaikan pada akhir pekan ini menunjukkan tren penguatan harga yang masih kencang akibat persediaan yang belum mampu memenuhi sisi permintaan. Batu bara melanjutkan penguatan, setelah koreksi dua hari. Pekan ini batu bara terapresiasi sebanyak 3 kali dan terdepresiasi 2 kali.
Sebelumnya, batu bara mencatat rekor yang harus terpatahkan pekan ini. Rekor terakhir kali tercipta pada akhir Desember 2010 atau 12 tahun terakhir. Pada saat batu bara melambung luar biasa pada 2022 lalu pun, harga batu bara tidak mampu mencetak penguatan selama 12 hari. Penguatan terlamanya berlangsung sepuluh hari beruntun.
Sentimen pergerakan sepanjang pekan ini datang dari China yang belum mencapai puncak musim panasnya, permintaan India yang berpotensi menguat kembali, Perancis yang mendapat izin mengelola pembangkit listrik batu bara, dan permasalahan rencana mogok kerja di tambang Australia yang mengancam pasokan gas.
Diawali dari China sebagai konsumen, produsen, dan importir batu bara. Negeri pusat manufaktur dunia ini sempat mengalami perlambatan industri akibat kebijakan lockdown yang memaksa menahan perekonomian.
Seiring pandemi yang mereda, perekonomian China sempat masih tertahan yang membuat permintaan batu bara masih rendah. Pemerintah China melakukan segala cara, seperti stimulus pemangkasan suku bunga sebesar 10 basis poin menjadi 3,45% bulan Agustus yang masih belum berhasil mengangkat komoditas energi murah ini.
Namun, situasi tak terduga dengan cuaca panas yang mencapai rekor menjadi awal perjalanan batu bara kembali menguat. Suhu mendidih bak ‘neraka’ ini menyebabkan warga China banyak menggunakan pendingin ruangan yang membutuhkan tenaga dari si pasir hitam.
Selain itu, suhu panas juga menyebabkan surutnya air di pembangkit listrik tenaga air yang menyebabkan adanya peralihan ke batu bara.
Alhasil, harga batu bara terus menguat sampai-sampai mencatatkan rekor penguatan beruntun dalam 13 tahun terakhir atau Desember 2009.
Dengan cuaca panas ekstrim China yang belum sepenuhnya berakhir, ini menjadikan adanya kemungkinan permintaan yang tinggi dan harga menguat. Dan lagi, potensi industri yang diperkirakan akan menguat berpotensi mendorong batu bara akan semakin melesat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat
(chd/chd)
Sumber: www.cnbcindonesia.com