Harga Batu Bara Sedang Lesu, Tapi Kok Sahamnya Malah Ngacir?


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas emiten batu bara terpantau bergairah pada perdagangan sesi I Senin (29/4/2024), meski pergerakan harga batu bara pada pekan lalu cenderung merana.

Hingga pukul 12:00 WIB, tercatat 13 saham batu bara bergairah pada sesi I hari ini, dengan delapan saham sudah melesat lebih dari 1% dan lima saham menguat kurang dari 1%.

Saham PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) memimpin penguatan saham batu bara pada sesi I hari ini, yakni mencapai 4,6% ke posisi Rp 91/saham. Sedangkan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang menjadi saham batu bara big cap juga menjadi yang paling kencang kedua yakni melonjak 3,12% menjadi Rp 2.970/saham.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.

















Emiten Kode Saham Harga Terakhir Perubahan
Alfa Energi Investama FIRE 91 4,60%
Bukit Asam PTBA 2.970 3,12%
United Tractors UNTR 24.825 2,80%
Adaro Energy Indonesia ADRO 2.660 2,31%
Delta Dunia Makmur DOID 492 2,07%
Harum Energy HRUM 1.325 1,92%
TBS Energi Utama TOBA 240 1,69%
Mitrabara Adiperdana MBAP 3.540 1,14%
Adaro Minerals Indonesia ADMR 1.330 0,76%
Indika Energy INDY 1.375 0,73%
ABM Investama ABMM 3.800 0,53%
Baramulti Suksessarana BSSR 3.750 0,27%
Indo Tambangraya Megah ITMG 24.525 0,10%

Sumber: RTI

Saham batu bara melesat meski harga batu bara cenderung merana pada pekan lalu. Dilansir dari Refinitiv, harga kontrak batu bara Mei acuan ICE Newcastle pada perdagangan Jumat pekan lalu merosot 0,92% di level US$ 134,5 per ton. Dalam sepekan harga batu bara telah mencatatkan penurunan sebesar 5,11%.

Merananya harga batu bara pada pekan lalu terjadi setelah mulai meredanya konflik geopolitik di wilayah Timur Tengah. Meredanya kondisi Timur Tengah terjadi setelah Iran meremehkan serangan Israel di wilayahnya minggu lalu dan mengatakan pihaknya tidak berencana untuk menanggapinya.

Dengan ketegangan yang mereda maka pasokan komoditas energi, terutama minyak, diharapkan tidak terganggu. Kondisi ini berimbas pada harga batu bara yang merupakan substitusi minyak.

Selain itu, penyusutan harga batu bara pekan ini, salah satunya dipengaruhi oleh turunnya permintaan batu bara termal melalui perdagangan laut China, ini karena harga dalam negeri yang rendah, ada kenaikan tarif angkutan laut, dan pengiriman untuk kontrak pembelian April sudah hampir selesai.

Sejumlah pedagang kini menghadapi potensi kerugian akibat kenaikan tarif pengiriman. Saat ini, tarif pengiriman untuk Kapal Panamax dari Kalimantan Selatan ke China Selatan telah meningkat menjadi US$ 9 per ton, sekitar US$ 0,5 per ton lebih tinggi dari akhir minggu lalu.

“Pedagang China sebagian besar juga telah melakukan short-covering pembelian untuk pengiriman ke pembangkit listrik dalam negeri pada akhir-akhir ini, sedangkan pengadaan untuk pengiriman Mei belum dimulai,” ungkap sumber pasar, mengutip laporan Sxcoal pada Selasa (23/4/2024).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Prabowo Bagi Pengalaman Main Pasar Modal-Jawab Kritik Food Estate

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts