Harga Batu Bara Turun Setengahnya di 2023, Ini Penyebabnya!

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara semakin terpuruk pekan ini setelah mulai terjun bebas sejak memasuki awal tahun 2023. Dalam seminggu terakhir, harga batu bara acuan global bahkan sempat turun di bawah level US$ 200 per ton, meski kemudian memangkas pelemahan pada perdagangan hari terakhir.

Read More

Pada perdagangan Kamis (9/21/2023), harga batu kontrak Maret di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 191,5 per ton, ambruk 16,38% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. Terakhir kali batu bara diperdagangkan di bawah level US$ 200 terjadi pada 3 Februari 2022 atau sebelum perang Rusia-Ukraina meletus. Harga penutupan tersebut juga menjadi yang terendah sejak 13 Januari 2022 atau hampir 13 bulan terakhir dan tercatat sebagai penurunan harian terburuk dalam setahun terakhir.

Akan tetapi pada perdagangan Jumat (10/2), batu bara memangkas pelemahan dan akhirnya ditutup di harga US$ 206 per ton atau mengalami pelemahan 7,42% dalam sepakan secara point-to-point. Sejak awal tahun, harga batu bara telah melemah hingga 47% dan jika dihitung dari rekor tertingginya pada 5 September 2022 (US$ 463,75 per ton) harganya telah anjlok hingga 56%.


Anjloknya harga batu bara disebabkan masih lemahnya permintaan, ambruknya harga gas, serta prakiraan cuaca di Eropa yang lebih hangat.

Harga listrik di Eropa terus turun karena permintaannya yang semakin melandai menjelang berakhirnya musim dingin. Cuaca pada pekan-pekan mendatang juga akan lebih hangat.

Kondisi ini membuat penggunaan penghangat ruangan turun drastis yang berdampak pada melandainya permintaan listrik. Di sisi lain, pasokan dari pembangkit listrik tenaga angina juga makin meningkat.

Produksi listrik dari tenaga angin di Jerman diperkirakan meningkat hingga 1,7 Giga Watt (GW) menjadi 20,1 GW pada pekan mendatang sementara di Prancis akan meningkat sebesar 200 Mega Watt (MW).

Sebaliknya, permintaan listrik di Jerman diperkirakan melandai sebesar 1,7 GW dan di Prancis turun sekitar 1,6 GW. Faktor-faktor inilah yang membuat harga gas terus turun.

Harga batu bara juga terus melandai mengikuti pergerakan harga gas. Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) sudah anjlok 7,6% sepekan dan 42,75% sebulan. Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling mempengaruhi.

Masih lemahnya permintaan juga ikut menyeret ke bawah harga batu bara. China sebagai motor penggerak utama harga batu bara belum menunjukkan peningkatan impor dalam jumlah besar.

Tiongkok memang dilaporkan sudah membeli pasir hitam dari Australia setelah melarang impor dari negara tersebut pada 2020. Dua kapal pengangkut dikabarkan sudah sampai ke pelabuhan China, dengan salah satunya membawa muatan hingga 73.300 ton.

Namun, permintaan dari dalam belum banyak sehingga pasokan di pelabuhan kini menumpuk.

Dilansir dari Reuters, pasokan batu bara di pelabuhan-pelabuhan utama China mencapai 34,65 juta ton pekan ini, level tertingginya dalam enam bulan terakhir.

Kabar buruk lainnya datang dari Provinsi Hebei. Departemen Lingkungan dan Ekologi Hebei memperkirakan konsumsi batu bara provinsi tersebut akan turun 10% pada 2025 dibandingkan 2020.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Mulai Mendingin, Batu Bara Melemah 4,09% Pekan Ini

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts