Harga Kripto Mulai Bangkit Tapi Bitocin & Ethereum Masih Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas mata uang kripto sudah bergerak menguat. Kendati demikian, Bitcoin dan Ethereum belum juga menunjukkan kebangkitan. 
Melansir data dari Coin Market Cap pada pukul 11:15 WIB, Bitcoin melemah 0,55% dalam sehari ke posisi US$ 16.536,81/koin atau setara dengan Rp 259,131 juta/koin. Dalam sepekan terakhir, harga Bitcoin sudah melandai 0,97% secara point to point.

Read More

Asumsi kurs yang digunakan adalah posisi rupiah pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu di mana US$1 = Rp 15.670/US$).

Kinerja negatif juga ditorehkan Ethereum yang harganya melemah tipis 0,01% sehari ke posisi US$ 1.216,33/koin atau Rp 19,06 juta/koin. Dalam sepekan, Ethereum melemah 0,20%.

Namun, mata uang kripto lain yang memiliki market cap besar sudah mulai bangkit atau setidaknya tidak melemah. Harga Tether tidak bergerak hari ini tetapi dalam sepekan sudah menguat 0,05% ke posisi US$ 0,9666/koin atau Rp 15.663 per koin.

BNB juga mencatatkan penguatan 1,7% dalam sehari dan 15,3% sepekan ke posisi US$ 315,50 per koin atau Rp 4,94 juta/koin.

Sementara itu, USD Coin menguat 0,01% tetapi masih melemah 0,02% sepekan ke posisi US$ 1 atau Rp 15.670 per koin. Binance melemah 0,04% sehari dan melandai 0,06% sepekan ke posisi US$ 1 atau Rp 15.670 per koin.

Harga XRP ambruk 1,43% sehari ke posisi US$ 0,4025 per koin, Dogecoin menguat 1,43% ke posisi US$ 0,09384, Cardano anjlok 0,62% ke posisi US$ 0,3164 sementara Polygon melemah ke posisi US$ 0,8553.

Belum sejalannya pergerakan mata uang kripto menjadi sinyal masih rentannya pasar kripto dalam beberapa hari terakhir serta adanya faktor tarik menarik yang saling bertolak belakang.


Melandainya inflasi Amerika Serikat (AS) serta sinyal pelonggaran kebijakan bank sentral The Federal Reserve (The Fed) menjadi katalis positif bagi pergerakan kripto.
Namun, ancaman resesi hingga faktor internal ekosistem kripto menjadi pemicu kejatuhan aset digital yang satu ini.

Jika di bulan Mei lalu, investor dibuat panik dan menderita kerugian hingga miliaran dolar AS akibat ambrolnya harga Terra dan Luna, kini kepanikan melanda pasar kripto setelah FTX sebagai bursa kripto terbesar setelah Binance mengajukan kebangkrutan.

Asal tahu saja, FTX merupakan bursa kripto yang nilainya ditaksir mencapai US$ 32 miliar yang didirikan oleh seorang pria bernama Sam Bankman-Fried.

Salah satu pemicu kehancuran FTX adalah tata kelola yang salah alias miss-management.

Mantan bos FTX, Sam Bankman-Fried disebut jadi penyebab kebangkrutan perusahaannya sendiri. Dalam pengadilan kebangkrutan Amerika Serikat (AS) disebutkan runtuhnya raksasa bursa kripto itu setelah ‘dijalankan sebagai kekuasaan pribadi Sam Bankman-Fried’.

Pengacara James Bromley menyebut masalah itu sebagai ‘kaisar tidak punya pakaian’. Dia juga menggambarkannya sebagai “salah satu keruntuhan yang paling mendadak dan sulit dalam sejarah perusahaan Amerika”, dikutip dari BBC, Kamis (24/11/2022).

Gaya hidup Bankman-Fried juga jadi bahan pembicaraan dalam pengadilan tersebut. Pria 30 tahun itu dilaporkan menghabiskan US$300 juta untuk rumah liburan dan properti bagi staf seniornya.

Sebelumnya FTX mengajukan status bangkrut setelah perusahaan itu runtuh pada awal bulan ini. Ada lebih dari 1 juta investor di FTX dan kemungkinan uang mereka tidak bisa kembali didapatkan.

Belum diketahui berapa banyak uang yang tertahan di FTX. Namun Bromley mengatakan aset kripto milik beberapa perusahaan telah dicuri oleh hacker.

Kasus demi kasus yang terus terkuak pada akhirnya membuat aset digital yang satu ini kurang dilirik lagi. Tidak seperti tahun lalu ketik Bitcoin dan Ethereum menjadi primadona, kini keduanya harus kehilangan lebih dari 60% nilai pasarnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Harga Bitcoin cs Lagi Nanjak, Eitsss Jangan Senang Dulu….!


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts