Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia yang terus bergejolak beberapa hari terakhir. Bank Indonesia (BI) melihat situasi tersebut belum memberikan pengaruh besar terhadap Indonesia.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S. Budiman mengatakan, optimisme BI ini didasari atas harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price masih di level US$77 per barel year to date (ytd), meskipun harga minya mentah seperti brent sudah ke level US$95,96 per barel.
“Harga minyak memang kita lihat ada kenaikan tapi kalau kita hitung year to date-nya kalau di Indonesia pakainya ICP itu ytd-nya US$ 77 itu masih dalam hitungan baseline kami,” kata Aida saat konferensi pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (21/9/2023).
Kendati begitu, Aida mengakui, bila harga minyak mentah dunia terus menerus naik dan ikut mendorong harga minyak mentah Indonesia akan membuat inflasi naik, terutama dari sisi inflasi di sektor transportasi.
“Dan kemudian dia akan mempengaruhi harga-harga lainnya dan ujungnya kepada inflasi dan ekspektasi inflasi,” ucap Aida.
“Dan apa yang kita khawatirkan dari global tentunya apakah resistensi inflasi ini akan bertambah lagi, apakah higher for longernya akan terus terjadi itu yang akan kita perhatikan dan kemudian dampaknya kepada PDB global,” ucap Aida.
Meskipun harga minyak dunia ini memberikan kekhawatiran inflasi, Aida memastikan, berdasarkan skenario dan perhitungan yang dilakukan BI, tekanan inflasi akibat harga minyak masih terus terkendali sesuai dengan perkiraan inflasi tahun ini di level 3% plus minus 1% dan 2024 ke level 2,5% plus minus 1%.
“So far kita melihat ini semuanya masih dalam kontrol. Demikian juga di Indonesia kalau kita tidak ada kenaikan BBM. Harga BBM itu ada dua yang di subsidi dan tidak di subsidi yang akan melakukan adjustment itu yang non subsidi dan sejauh ini harganya sangat terkontrol. Hitungannya dalam inflasi itu tidak terlalu banyak,” kata Aida.
Berdasarkan survei pemantauan harga (SPH) pekan kedua September 2023, Aida mengatakan, inflasi secara bulanan atau month to month (mtm) di level 0,15%. Dan secara tahunan masih sesuai rentang target 2%-4%.
“Jadi dengan semua hal-hal yang baru saya sampaikan masih sekitar 3%, jadi dalam target range kita 3 plus minus 1 dan 2024 juga dalam range 2,5 plus minus 1 atau kata Pak Gub tadi 2,8%. Jadi dengan berbagai teori skenario juga masih dalam target-target tersebut,” tegas Aida.
Sebagai informasi, Harga minyak pada perdagangan Selasa (19/9/2023) mencapai level tertingginya dalam 10 bulan, dimana minyak WTI menyentuh level tertinggi US$93,74 dan minyak brent menyentuh level tertinggi US$95,96 tertinggi sejak November 2022.
Harga minyak memang melandai kembali pada hari ini. Namun, harga emas hitam masih rawan dengan kenaikan terutama dengan adanya kemungkinan kelompok OPEC+ memangkas produksi ke depan serta berkurangnya pasokan minyak di Amerika Serikat (AS).
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Menanti Kebijakan Powell, Harga Duo Minyak Mentah Tak Kompak
(mij/mij)
Sumber: www.cnbcindonesia.com