penyebabsakit.com

‘Higher for Longer’ Bikin Rupiah Kembali Terpuruk!

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (28/11/2022). Kisruh di China dan Bank Indonesia yang menyebut “higher for longer” memberikan tekanan bagi rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah melemah 0,32% ke Rp 15.720/US$ di pasar spot. 

Seperti diketahui, demonstrasi besar-besaran di seluruh China terkait kebijakan pembatasan (lockdown) sebagai bagian dari strategi nol-Covid berujung bentrokan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Ratusan pengunjuk rasa dan polisi bentrok di Shanghai pada Minggu (27/11/2022) malam ketika protes atas pembatasan Covid-19 yang ketat di China berlangsung untuk hari ketiga dan menyebar ke beberapa kota.

Gelombang protes sipil belum pernah terjadi sebelumnya di China daratan sejak Presiden Xi Jinping mengambil alih kekuasaan satu dekade lalu. Kini. warga diselimuti rasa frustrasi atas kebijakan nol-Covid dari Xi Jinping 3 tahun setelah pandemi merebak.

Sentimen pelaku pasar pun memburuk, terlihat dari rontoknya bursa saham Asia. Maklum saja, China merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, saat kerusuhan terjadi dan berdampak pada roda bisnis, maka negara lain akan terkena dampaknya.

Negeri Tiongkok juga merupakan mitra dagang utama Indonesia sehingga memberikan tekanan yang cukup besar.

Selain itu, pasar kini berfokus pada seberapa tinggi suku bunga bank sentral AS (The Fed) nantinya.

Meski The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, bukan berarti tekanan bagi rupiah selesai. Memang tekanan akan sedikit berkurang, tetapi kenaikan suku bunga The Fed seberapa pun itu tetap menjadi penekan rupiah.

Pelaku pasar dalam beberapa hari terakhir sudah memprediksi The Fed akan menaikkan 50 basis poin bulan depan, dan rupiah masih tetap sulit menguat.

Selain itu, yang menjadi fokus utama sebenarnya bukan berapa basis poin kenaikan, tetapi seberapa tinggi suku bunga The Fed di akhir periode pengetatan moneter.

Bahkan, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bahkan menyampaikan bahwa ada peluang suku bunga tinggi akan dipertahankan cukup lama. Fenomena ini disebut sebagai kebijakan higher for longer.

Semakin lama suku bunga tinggi ditahan, tekanan bagi rupiah tentunya bisa lebih lama, apalagi jika BI tidak mengimbangi kenaikan suku bunga The Fed.

Berdasarkan data FedWatch, pasar melihat suku bunga berada di sekitar 5% pada Maret 2023, yang kemungkinan menjadi akhir kampanye kenaikan.
Artinya, ada tambahan sekitar 125 basis poin dari level saat ini. Artinya, agar rupiah mampu menguat, BI ke depannya juga harus tetap menaikkan suku bunga acuannya. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Dolar Makin Perkasa, Rupiah Terkapar ke Atas Rp 15.000/USD

(pap/pap)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version