Hutama Karya Blak-blakan Soal Biang Keladi Keuangan Boncos

Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan konstruksi BUMN PT Hutama Karya (Persero) mencatatkan kerugian sepanjang tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2020 hingga tahun 2023. Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto mengungkapkan, tingginya beban bunga pinjaman dan amortisasi dari operasional Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) menjadi biang keladi kerugian perseroan.

Read More

“Rugi kami di 2020 sampai 2021 dan 2022 karena masih tingginya bunga pinjaman untuk jalan tol ini,” ujar Budi Harto di gedung Komisi VI DPR RI, Selasa (19/9).

Budi merincikan, pada periode tahun 2020 dan tahun 2021, Hutama Karya mencatatkan kerugian dimasing-masing tahun tersebut sebesar Rp 2 triliun.

Budi mengaku, operasional sejumlah ruas Jalan Tol Trans Sumatera belum layak secara komersial. Apalagi, kondisi tersebut diperparah dengan beban utang perusahaan.

“Kinerja keuangan HK mengalami kerugian pada 2020 sampai 2022 disebabkan oleh beban bunga dan amortisasi dari operasinya jalan tol yang belum layak secara komersial,” ungkapnya.

Namun, Budi menyebut, kinerja keuangan perseroan saat ini mulai berangsur membaik. Tercatat, pada semester I 2023 Hutama Karya akhirnya berhasil mencatat laba bersih senilai Rp 33,73 miliar.

Capaian laba bersih tersebut berasal dari capaian pendapatan senilai Rp 12,48 triliun atau naik 54% dari periode yang sama tahun lalu. Selain itu, aset perseroan juga terus tumbuh seiring dengan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera.

“Untuk tahun 2023 sudah mulai positif, total aset HK terus tumbuh seiring dengan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera,” pungkasnya.

Di sisi lain, utang perseroan pun juga terus menyusut dari Rp 44,3 trilin menjadi Rp 30,07 triliun per September 2023. Utang tersebut digunakan untuk menyelesaikan proyek Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS), dan juga Jalan Tol Ciawi-Sukabumi.

Keberhasilan penurunan utang HK karena perseroan melakukan asset recycling atau menjual dua ruas di Jalan Tol Trans Sumatra.

Adapun jalan tol tersebut yaitu, ruas Medan-Binjai dan Bakauheni-Terbanggi Besar yang dijual kepada Indonesia Investment Authority (INA) senilai Rp 20 triliun.

Ia melanjutkan lebih jauh, setelah kedua ruas tol berhasil terjual, perseroan telah menerima pembayaran sebesar Rp 15 triliun untuk menyelesaikan utang pada ruas Medan-Binjai.

Kemudian, penurunan utang lainya juga berasal dari pembangunan ruas tol Palembang-Indralaya dari Rp1,46 triliun menjadi Rp 958 miliar. Lalu, menyelesaikan utang pembangunan ruas Bakauheni-Terbanggi besar.

Selain itu, menurunkan pinjaman Monetisasi Akses Tanjung Priok dari Rp 3,46 triliun jadi Rp 2 triliun. Terakhir, perseroan juga berhasil menurunkan pinjaman Pekanbaru-Dumai dari Rp 7,77 triliun jadi Rp 1,5 triliun.

Budi menuturkan, dalam upaya menurunkan utang, perseroan akan akan menjual ruas dol Terbanggi Besar-Kayu Agung. Nantinya, dengan melepas aset ruas tol tersebut, HK akan menerima pembayaran sebesar Rp 15 triliun.

Perseroan menargetkan pada tahun 2025 mendatang, utang Hutama Karya dapat terus susut hingga Rp 10 triliun. Sebab, perseroan akan menerima pembayaran sisa dari INA atas asset recycling yang telah dilakukan sebesar Rp 5 triliun.

“Dan angka Rp10 triliun masih layak untuk kami kelola dengan aset-aset yang ada ini,” pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Wamen BUMN Buka-bukaan Bocoran Terbaru Merger HK & Waskita

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts