IHSG ‘Berdarah-darah’ Pekan Ini, Ternyata Ini Biang Keroknya!

Jakarta, CNBC IndonesiaKinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan ini begitu suram. Selama sepekan, indeks acuan Tanah Air tak sekalipun ditutup di zona hijau. Berbagai sentimen dalam negeri maupun eksternal cukup membebani pasar saham.

Read More

Dalam catatan Tim Riset CNBC Indonesia sepekan terakhir, IHSG sudah terkoreksi mencapai 4,34% secarapoint-to-point(ptp). Bahkan sebulan terakhir, indeks sudah ambles 5,28% dan longsor hingga 7,28% selama 3 bulan terakhir.

Pada perdagangan Jumat (9/12/2022) kemarin, IHSG ditutup ambles 1,31% atau 89,12 poin ke 6.715,12. Dengan ini IHSG sudah meninggalkan level psikologis 6.800.

Berdasarkan data perdagangan sepekan terakhir, IHSG memang tak pernah di tutup menghijau. Longsornya indeks paling parah memang terjadi pada perdagangan Jumat kemarin, dan koreksi paling tipis terjadi pada perdagangan Kamis (8/11/2022) yakni melemah 0,21%.



Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 60,3 triliun. Sayangnya, investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) begitu besar mencapai Rp 7,37 triliun di pasar reguler pada pekan ini.

Lagi-lagi, saham emiten energi turut membebani pasar pada perdagangan terakhir Jumat dengan koreksi 3,81%, sektor utilities terkorekai 2,29%, sektor industri 2,01%, dan teknologi mengalami koreksi 1,9%.

Salah satu saham dengan penurunan tertajam adalah PT Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Pada perdagangan kemarin, saham GOTO anjlok 7%. Dengan demikian, saham tersebut sudah anjlok selama 15 hari perdagangan secara beruntun dan sudah melemah 55,71% sebulan terakhir.

Menanggapi ambruknya saham mereka, manajemen GOTO menggelar konferensi pers kemarin. Menurut mereka ada tiga alasan mengapa saham GOTO anjlok setelah periode lock up.

Presiden GoTo Group Patrick Cao menjelaskan setelah periode lock-up, ada kenaikan dalam jumlah saham yang beredar di pasar, yang mengakibatkan peningkatan transaksi jual beli saham.

Hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa hal, antara lain, investor awal yang masuk di harga saham yang lebih rendah yang merealisasikan keuntungan. Kemudian, berakhirnya masa investasi atau fund life untuk investor finansial, dan kebutuhan likuiditas di akhir tahun atau kebutuhan likuiditas lainnya.

IHSG juga terkoreksi karena meningkatnya ancaman resesi global akibat dari kebijakan moneter ketat. Sejumlah CEOdari lembaga multinational memperingatkan mengenai ancaman tersebut. Misalnya,CEO Bank of America Brian Moynihan yang memperkirakan ekonomi AS akan terkontraksi pada kuartal I-III tahun depan sebelum tumbuh positif pada kuartal IV-2022.

Di sisi lain, semua mata saat ini masih tertuju pada kebijakan moneter The Fed. Investor terus mencermati rilis data-data makro yang akan memberikan sinyal harapan The Fed melonggarkan kebijakan moneternya ke depan.

Untuk diketahui, Inflasi AS mencapai 7,7% (year on year/yoy) pada Oktober 2022, melandai dari 8,5% (yoy) pada September. Kendati melandai, inflasi masih jauh dari target The Fed yakni di kisaran 2%.

Chief Economist Goldman, Sachs Jan Hatzius,memperkirakan penjualan ritel melandai 0,2% pada November dibandingkan bulan sebelumnya. Data Adobe juga menunjukkan jika ada penurunan penjualan sebesar 4% (yoy) selama pesta diskon Black Friday November lalu.

The Fed akan menggelar Federal Open Market Committee (FOMC) pada 13-14 Desember mendatang.PollingReutersmenunjukkan 93% responden memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps.

The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan secara agresif sebesar 375 bps sepanjang tahun ini menjadi 3,75-4,0%.

Di sisi lain, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV – 2022 berpotensi melambat. Angkanya bisa di bawah 5% secara tahunan.

proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV ini dipengaruhi oleh semakin beratnya tantangan perekonomian pada akhir tahun, terutama dari sisi global. Perlambatan ekonomi global itu menurutnya makin berdampak ke dalam negeri.

Selain itu juga, proyeksi ini dipengaruhi juga faktor pertumbuhan ekonomi periode yang sama pada tahun lalu yang sudah terjaga di level atas 5%, dan konsisten hingga kuartal III – 2022 di level 5,72%. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2021 sebesar 5,02%.

Meski demikian, secara keseluruhan tahun ini, pertumbuhan ekonomi masih bisa mencapai 5,2% atau sedikit di atas angka tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Seperti Pakai ‘Obat Kuat’. IHSG Sepekan Terakhir Bergairah!

(aum/aum)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts