IHSG Berdarah-Darah, Saham Bank Jumbo Biang Keladinya


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup ambruk lebih dari 1% pada perdagangan Kamis (2/5/2024), setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) kembali menahan suku bunga acuannya dan belum akan memangkasnya dalam waktu dekat.

Hingga akhir perdagangan, IHSG ambruk 1,61% ke posisi 7.117,42. IHSG bahkan sempat ambruk hingga 2% lebih dan menyentuh level psikologis 7.000.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai Rp 17 triliun dengan volume transaksi mencapai 19 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1,3 juta kali.

Hampir seluruh sektor menjadi penekan IHSG di akhir perdagangan. Hanya sektor kesehatan dan industri yang menghijau pada hari ini yani masing-masing 0,12% dan 0,11%.

Beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut daftarnya.


Saham perbankan raksasa menjadi pemberat utama IHSG di akhir perdagangan hari ini, dengan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi yang paling besar yakni mencapai 51,9 indeks poin.

IHSG kembali merana hingga ambruk lebih dari 1% disinyalir karena merespon keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang kembali menahan suku bunga pada semalam atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Suku bunga The Fed bertahan di level tinggi, 5,25-5,50% untuk keenam kalinya secara beruntun.

The Fed menegaskan tidak akan ada kenaikan suku bunga pada tahun ini. Namun, mereka juga mengatakan belum ada kemajuan berarti dalam penurunan inflasi sehingga akan menunggu lebih banyak data pendukung sebelum memangkas suku bunga acuan.

The Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, dan Mei 2024.

Akibat hal ini, pasar melihat prospek penurunan suku bunga ini semakin jauh dari perkiraan awal. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap aset berisiko, sehingga investor cenderung beralih ke aset yang lebih konservatif atau aset safe haven.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Awal Pekan IHSG Loyo, 8 Saham Big Cap Ini Biang Keroknya

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts