IHSG Gagal Happy Weekend Setelah Cetak Rekor Baru


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan Jumat (5/1/2024), setelah sepanjang perdagangan hari ini bergerak di zona hijau dan bahkan sempat menyentuh rekor tertinggi intraday-nya.

IHSG ditutup turun 0,12% ke posisi 7.350,619. Meski ditutup di zona merah, tetapi koreksi IHSG masih terbilang tipis dan juga masih bertahan di level psikologis 7.300.

Nilai transaksi IHSG pada hari ini mencapai sekitaran Rp 9,9 triliun dengan melibatkan 19 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 237 saham menguat, 294 saham melemah dan 236 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor kesehatan kembali menjadi pemberat IHSG di akhir perdagangan hari ini, yakni sebesar 0,78%. Namun, sektor keuangan menjadi penahan koreksi IHSG, yakni mencapai 0,87%.

Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi saham yang memberatkan IHSG pada akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 11,7 indeks poin.

Namun, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penahan koreksi IHSG hari ini yakni mencapai 6,9 indeks poin.

IHSG berakhir di zona merah setelah bertahan di zona hijau sepanjang pekan ini. Umumnya, saham-saham perbankan besar masih menjadi penggerak utama indeks hari ini.

Hal ini karena perubahan alokasi investasi yang sering terjadi pada awal tahun atau dikenal sebagai”January Effect”khususnya dalam saham-saham besar.

Apalagi, hal ini diperkuat oleh proyeksi kinerja positif untuk tahun fiskal 2023 yang diperkirakan akan meningkat.

Tak hanya itu, saham-saham bank jumbo diprediksi masih akan positif seiring dari kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter dari bank sentral.

Di lain sisi, sentimen pasar cenderung kurang menggembirakan karena data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) yang masih panas dan sikap wait and see pelaku pasar.

Sebelumnya, pada Kamis kemarin, AS telah merilis klaim pengangguran serta data penciptaan lapangan kerja. Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun lebih besar dari perkiraan pada minggu lalu, menunjukkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja masih cukup ketat.

Klaim awal tunjangan pengangguran negara turun 18.000 menjadi 202.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 30 Desember.

Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 216.000 klaim untuk minggu terakhir. Data klaim cenderung berfluktuasi sepanjang tahun ini karena hari libur.

Angka-angka tersebut sebagian besar telah pulih di kisaran bawah 194.000-265.000 pada tahun 2023. Secara keseluruhan, data dari pasar tenaga kerja terus mendingin menyusul kenaikan suku bunga bank sentral AS (the Fed) yang kemungkinan besar sudah mencapai puncaknya di level 5,25-5,5%.

Lebih lanjut, para pelaku pasar juga masih memasang sikap wait and see perihal rilis data penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP) untuk Desember 2023.

Menurut survei ekonom Reuters, NFP kemungkinan akan sebanyak 170.000 pekerjaan di bulan Desember 2023 setelah meningkat 199.000 pekerjaan di bulan November 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Jumlah IPO 2023 Cetak Rekor, IHSG Kok Gini-Gini Aja?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts