IHSG Masih Coba Tembus 7.000, Waspada Level Ini!

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah usai kembali tak sanggup bertahan di atas level psikologis 7.000 pada penutupan perdagangan Kamis (7/9/2023).

IHSG ambles 0,59% ke 6.954,81, usai menembus level harian tertinggi 7.003,67. Sebanyak 322 saham turun, 210 naik, dan 220 stagnan.

Read More

Aksi jual investor asing menekan kinerja IHSG. Asing melakukan penjualan bersih (net sell) Rp1,16 triliun di pasar reguler.

Saham BBRI dan BBCA menjadi ‘bulan-bulanan’ asing dengan nilai net sell Rp349,4 miliar dan Rp278,9 miliar. Saham BBRI turun 2,24% dan BBCA naik tipis 0,27%.

Berita besar pada Kamis terkait dengan rilis cadangan devisa oleh Bank Indonesia (BI).

BI mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2023 berada di kisaran US$ 137,1 miliar. Angka ini sedikit menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2023 sebesar US$ 137,7 miliar.

“Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global,” tulis BI dalam siaran pers, Kamis (7/9/2023).

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Ke depan, BI memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan respons bauran kebijakan yang ditempuh bank sentral dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pergerakan IHSG sendiri beriringan dengan bursa Asia-Pasifik, menjelang rilis data neraca perdagangan di Australia dan China.

Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,75%, Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China melemah 1,3% dan 1,13%, Straits Times Singapura naik 0,12%, ASX 200 Australia merosot 1,1%, serta KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,59%.

Pada Kamis, data neraca perdagangan periode Juli 2023 di Australia dan periode Agustus 2023 di China akan dirilis. Di Australia, neraca perdagangannya diperkirakan melandai menjadi A$ 10 miliar, dari sebelumnya sebesar A$ 11,32 miliar pada Juni lalu.

Sementara di China, Impor dan ekspor pada Agustus diperkirakan turun masing-masing sebesar 9,2% dan 9% (year-on-year/yoy), menurut survei para ekonom olehReuters, yang lebih kecil dari penurunan sebesar 14,5% dan 12,4% pada bulan Juli.

Sebelumnya, aktivitas pabrik China menyusut selama lima bulan berturut-turut pada Agustus, terbebani oleh kurangnya pesanan ekspor baru dan suku cadang impor, meskipun pemilik pabrik mengindikasikan harga produsen telah membaik untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir, sebagai tanda peningkatan permintaan domestik.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah menyusul kembali bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin, yang juga ditutup di zona merah.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,57%, S&P 500 terkoreksi 0,7%, dan indeks Nasdaq Composite ambles 1,06%.

Bursa Wall Street ambruk setelah data-data ekonomi AS menunjukkan perbaikan. ISM Services PMI yang mengukur aktivitas bisnis non-manufaktur melonjak ke 54,5 pada Agustus. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan 52,7 pada Juli serta di atas ekspektasi pasar yakni 52,5.

Hari ini, investor akan menunggu data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) RI per Agustus 2023.

Analisis Teknikal




Foto: Teknikal
Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada Kamis, IHSG mengonfirmasi candle shooting star (sinyal bearish) pada grafik harian pada Rabu seiring membentuk candle bearish marubozu. Pada 30 Agustus lalu, IHSG juga sempat membentuk pola candle yang sama.

Pola tersebut bisa menjadi sinyal yang perlu diwaspadai investor di saat IHSG sedang mencoba menembus area penting 7.000.

Namun, IHSG masih tertahan di atas MA 20 (6.929), menjadi support kunci saat ini.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI turun signifikan ke 56,23.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD bersiap memotong dari atas garis sinyal, sebuah potensi death cross (sinyal bearish).

Hari ini, IHSG berpotensi menguji level support terdekat berada di MA 20 (6.929) sebelum menentukan pergerakan selanjutnya. Resistance terdekat untuk IHSG berada di level psikologis 7.000.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Pasang Safety Belt! IHSG Siap Kembali Uji Level 6.900

(trp/trp)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts