IHSG Sesi I Tergelincir 0,47%, Ini Penyebabnya

Jakarta CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0.47% ke level 6.683,1 hingga penutupan perdagangan sesi I. Penurunan ini juga menjadi hari kedelapan secara berturut-turut.

Read More

IHSG tak mampu bergerak ke teritorial positif. Pada pukul 10.05 IHSG turun 0,48% di level 6.688,1 dan tepatnya pada pukul 11.00 IHSG terus berada di zona merah di level 6.698,9.

Berdasarkan data RTI, tercatat sebanyak 12 miliar saham diperdagangkan dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 568 ribu kali serta nilai perdagangan mencapai 6,24 triliun.

Terdapat 255 saham mengalami koreksi, 267 saham menguat dan 178 lainnya konsisten tidak berubah.

Salah satu saham yang membebani IHSG hari ini yaitu GOTO. Lagi-lagi, saham GOTO sudah ‘mandek’ sejak pembukaan perdagangan sesi I hari ini. Saham GOTO ambles 6.45% ke posisi harga Rp 87/saham dan kembali menyentuh batas ARB-nya pada hari ini. Dengan ini, maka saham GOTO sudah ambles hingga 15 hari dan sudah menyentuh ARB hingga 11 hari terakhir.

Koreksi saham GOTO juga terus membebani pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga hari ini, sehingga IHSG kembali ambles sekitar 1%. Pada hari ini saja, saham GOTO sudah turut membebani IHSG hingga 11,88 indeks poin.

Sebelumnya dalam paparan publik insidentil yang dilaksanakan Kamis pekan lalu, manajemen GOTO mengungkapkan alasan sebenarnya di balik koreksi wajar saham GOTO sejak awal Desember dan membuat IHSG tak kunjung bangkit.

Patrick Cao, Presiden GOTO Group mengatakan bahwa fluktuasi harga saham perusahaan terjadi sebagaimana dialami lazimnya perusahaan terbuka (emiten) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Sama seperti laju saham perusahaan publik lainnya, pergerakannya menjadi mekanisme pasar yang dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk sentimen pasar. Jadi tak hanya kinerja perusahaan, melainkan juga tidak terbatas pada kondisi makro ekonomi, pasar modal dan kompetisi industri,” katanya di Jakarta, kemarin.

Berikutnya, tercatat banyak saham yang menyentuh ARB, bahkan diantaranya masih berstatus saham baruyang melantai di bursa beberapa hari yang lalu. Adapun saham tersebut yakni PT Isra Presisi Indonesia Tbk (ISAP) dan PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE).

Pada saat yang sama, pasar keuangan domestik diperkirakan akan mengalami volatilitas yang cukup tinggi pada pekan ini. Pengumuman inflasi Amerika Serikat (AS), pertemuan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) hingga neraca perdagangan akan menjadi sentimen terbesar.

Data inflasi AS dan keputusan The Fed akan menjadi pegangan utama pelaku pasar keuangan dalam negeri. Jika inflasi AS lebih kencang dibandingkan ekspektasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah bisa terancam di zona merah mengingat investor asing akan semakin banyak yang meninggalkan pasar keuangan domestik.

Pekan lalu, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 6.97 triliun di pasar saham. Kondisi ini berbanding terbalik dengan catatan net buy sebesar Rp 885.7 miliar pada pekan sebelumnya.

Sebaliknya, investor asing mulai masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN). Data Bank Indonesia mencatat net buy sebesar Rp 8.45 triliun pada 5-8 Desember 2022. Bandingkan pada 19-22 September 2022 atau setelah The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 bps dimana tercatat net sell sebesar Rp 3.8 triliun.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Cek Portofolio Kamu! Sudah Punya Saham Calon Cuan Ini Belum?

(RCI/dhf)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts