Inflasi AS Hingga RDG BI, Simak Kabar Pasar Utama Pekan Depan

Jakarta, CNBC Indonesia – Pekan ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak dengan volatilitas yang cukup tinggi. Setelah sempat menghijau di tengah pekan, IHSG akhirnya melorot menjelang akhir pekan.

Read More

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG turun 0,45% ke 6.880.33 dalam periode 6-10 Februari 2023.

Rata-rata nilai transaksi harian Bursa pada pekan ini sebesar Rp9,72 triliun, turun 9,4% dari Rp10,73 triliun pada sepekan sebelumnya.

Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa juga turun 3,70% menjadi 1.116.417 dari 1.159.261 transaksi pada sepekan sebelumnya.

Kendati IHSG terkoreksi, investor asing masih melakukan beli bersih (net buy) Rp2,12 triliun selama sepekan di pasar reguler dengan saham empat bank besar menjadi yang paling banyak diborong.

Sepanjang awal 2023, asing juga membukukan net buy Rp282,91 miliar di pasar reguler.

Pelemahan pekan ini terjadi meskipun pasar keuangan domestik diguyur sejumlah sentimen positif, terutama dari dalam negeri mulai dari data pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa, indeks keyakinan konsumen hingga penjualan ritel.

Lalu kabar apa saja yang dapat menjadi sentimen dan patut disimak oleh investor untuk menghadapi perdagangan minggu depan?

Kabar pertama datang dari pasar global, di mana Biro Statistik dan Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) akan mengumunkan data inflasi negeri Paman Sam pada Selasa (14/2) malam waktu Indonesia barat.

Konsensus Trading Economics memperkirakan inflasi AS melambat menjadi 6,2% secara tahunan (yoy) pada bulan Januari, turun dari 6,5% pada bulan Desember. Meski demikian, secara bulanan (month to month/mtm) inflasi AS diprediksi naik 0,5% pada Januari atau lebih cepat dari catatan bulan Desember di angka 0,1%. Kenaikan bulanan tersebut terjadi salah satunya didorong oleh permintaan dan konsumsi yang lebih kuatĀ akibat libur natal dan tahun baru.

Sebelumnya AS telah mengumumkan kondisi tenaga kerja yang masih ketat. Pengusaha AS menambahkan 517.000 pekerjaan baru pada Januari, jauh lebih tinggi dari yang diantisipasi. Hal ini menjadikan tingkat pengangguran turun ke level terendah 53 tahun di angka 3,4%.

Ketatnya pasar tenaga kerja dan inflasi yang masih belum mampu dikendalikan sepenuhnya dapat menjadi alasan kuat bagi The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga pada pertemuan selanjutnya. Pandangan hawkish tersebut akan mempengaruhi psikologi investor dan menjadi salah satu faktor utama penggerak pasar keuangan global dan akan ikut merembes ke pasar domestik.

Saat ini, suku bunga acuan AS berada di kisaran target antara 4,5% dan 4,75%, naik signifikan dalam kurun waktu kurang dari setahun dari sebelumnya mendekati nol di masa pendemi.

Menurut proyeksi yang dirilis setelah pertemuan pada bulan Desember, sebagian besar pejabat Fed memproyeksikan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga federal fund rate (FFR) menjadi 5,1% tahun ini, yang akan menyiratkan kenaikan suku bunga dua siklus sebesar 25 bps pada pertemuan bulan Maret dan Mei mereka.

Sementara itu, lebih dari sepertiga pejabat mengantisipasi kenaikan suku bunga di atas 5,25%, yang berpotensi kenaikan lebih lanjut di bulan Juni. Tidak ada pejabat yang memproyeksikan pemangkasan suku bunga tahun ini.

Kemudian yang kedua ada kabar dari dalam negeri yang mana Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia akan digelar selama dua hari pekan depan dengan pengumuman terkait tingkat suku bunga akan diungkapkan pada Kamis (16/2) siang.

Konsensus Trading Economics memperkirakan tidak ada kenaikan suku bunga acuan BI pada RDG kali ini. Hal ini sejalan dengan kode yang diungkapkan oleh Gubernur BI pada pertemuan sebelumnya dengan sinyal bahwa suku bunga acuan BI tampaknya sudah mencapai batas akhir atau terminal rate.

Selanjutnya, terdapat sejumlah data penting dari dalam negeri yang patut dicerna oleh investor termasuk statistik utang luar negeri RI, perkembangan ekspor dan impor Indonesia sepanjang bulan Februari hingga laporan survei harga properti dan survei pembiayaan perbankan.

Investor juga patut menyimak kinerja keuangan tahunan perusahaan yang satu per satu mulai melaporkan kepada investor. Hingga saat ini 10 perusahaan telah melaporkan kinerja keuangan tahunan mereka dan untuk pekan depan diantisipasi akan ada tiga emiten yang akan melaporkan kinerja tahunannya, termasuk raksasa teknologi GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) dan dua emiten dari sektor jasa keuangan BFI Finance Indonesia (BFIN) dan Bank Danamon Indonesia (BDMN).

Kemudian terdapat sejumlah data ekonomi global yang juga akan diumumkan pekan depan, termasuk laporan terkait kondisi tenaga kerja, inflasi dan penjualan ritel di Inggris. Kemudian ada juga data pembacaan awal PDB Jepang, pengumuman tingkat suku bunga pinjaman jangka menengah (medium-term lending facility/MLF) China hingga data tenaga kerja Australia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


3 Sentimen Pasar yang Perlu Menjadi Perhatian Pekan Ini

(fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts