Inflasi Produsen AS Dinanti Pasar, Dolar Stagnan Rp15.615


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah bergerak stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah penantian data inflasi AS dari sisi produsen yang diperkirakan melandai.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup stagnan 0% di angka Rp15.615/US$. Posisi ini sama dengan penutupan perdagangan kemarin (15/2/2024). Sedangkan secara mingguan, rupiah terpantau menguat sebesar 0,1%.

Sementara DXY pada pukul 8.47 WIB menguat di angka 104,37 atau naik tipis 0,07%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 104,3.



Fluktuasi rupiah hari ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Dari sisi dalam negeri, tercatat laporan yang disampaikan BPS menunjukkan neraca perdagangan Indonesia lebih rendah dibandingkan ekspektasi pelaku pasar.

Sebelumnya konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Januari 2024 akan mencapai US$2,42 miliar.

Sedangkan kemarin, BPS menyampaikan bahwa neraca perdagangan Indonesia hanya surplus US$2,01 miliar. Ekspor Indonesia pada Januari 2024 turun 8,34% (month to month/mtm) menjadi US$20,52 miliar. Impor US$18,51 miliar atau naik 0,36% (mtm).

Angka yang lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi ini memberikan dampak negatif bagi pasar keuangan domestik termasuk rupiah mengingat perspektif investor khususnya investor asing terhadap Indonesia menjadi kurang baik.

Kendati sentimen negatif menghantui Indonesia, namun di sisi lain, pelaku pasar juga masih menunggu perihal data inflasi dari sisi produsen AS yang akan dirilis malam ini waktu Indonesia.

Producer Price Index/PPI yang akan dirilis malam nanti diperkirakan menurut konsensus naik 0,1% mtm sementara secara tahunan melandai menjadi 0,6% year on year/yoy pada Januari 2024.

Jika PPI benar terjadi ke level 0,6% yoy, hal ini akan memberikan angin segar bagi pasar keuangan global termasuk Indonesia karena inflasi dapat semakin ditekan mengingat posisi tersebut akan menjadi yang terendah sejak Juni 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Inflasi Indonesia Naik Lagi, Rupiah Dibuka Melemah

(rev/rev)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts