Investor Masih Tunggu Titah The Fed, Wall Street Dibuka Lesu

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kembali dibuka melemah pada perdagangan Selasa (19/9/2023), karena investor masih menantikan keputusan suku bunga terbaru dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Read More

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka turun 0,18% ke posisi 34.562,121, S&P 500 melemah 0,22% ke 4.443,62, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,41% menjadi 13.654.

Pertemuan The Fed akan berlangsung mulai siang hari ini waktu AS dan akan berlangsung selama dua hari hingga Rabu besok waktu AS. Kemudian, hasil pertemuan The Fed ini akan diumumkan pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pelaku pasar memperkirakan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga ketika mengumumkan keputusannya. Hal ini dibuktikan dengan prediksi pasar dalam CME FedWatch Tool yang mencapai probabilitas 99%, nyaris 100%.

Selain itu, peluang The Fed menaikkan kembali suku bunga acuannya di pertemuan November hanya sebesar 29%. Apalagi, batas The Fed untuk menaikkan kembali suku bunga acuannya hanya sekali saja pada tahun ini.

Selain suku bunga, investor juga akan mengamati komentar seputar jalur inflasi dan jalur suku bunga di masa depan.

“Pasar secara keseluruhan terasa sedikit lebih bergejolak dibandingkan yang kita lihat selama sembilan bulan pertama tahun ini,” ujar Ankur Crawford, manajer portofolio di Alger, mengatakan pada “Closing Bell” CNBC International, Senin (18/9/2023).

Namun, prospek berakhirnya era suku bunga tinggi di The Fed masih belum jelas seiring melonjaknya kembali inflasi AS periode Agustus 2023.

Inflasi AS diperkirakan masih sulit turun ke depan karena lonjakan harga minyak. AS adalah konsumen terbesar minyak di dunia sehingga pergerakan harga minyak akan sangat berdampak kepada ekonomi AS.

Pada pagi hari ini waktu AS atau malam waktu Indonesia, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent kembali menguat.

Harga minyak WTI melonjak 2,1% ke posisi US$ 93,4 per barel. Sedangkan harga minyak Brent melesat 1,31% menjadi US$ 95,67 per barel.

Harga minyak kembali melonjak, menandakan kenaikan sesi keempat berturut-turut karena lemahnya produksi minyak serpih AS, menambah kekhawatiran pasokan dari pengurangan produksi yang berkepanjangan oleh Arab Saudi dan Rusia.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Gegara The Fed & Krisis Bank, Wall Street Dibuka Lesu Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts