Investor Menanti Rilis Data Inflasi, Wall Street Dibuka Sedikit Galau


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka cenderung menguat terbatas pada perdagangan Senin (8/4/2024), ditopang oleh saham-saham teknologi mega cap meskipun kenaikan tersebut tertahan setelah imbal hasil Treasury naik karena meningkatnya spekulasi bahwa bank sentral AS dapat menunda penurunan suku bunga tahun ini.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka naik tipis 0,03% ke posisi 38.916,42, S&P 500 menguat 0,14% ke 5.211,37, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,23% menjadi 16.285,18.

Saham Tesla naik lebih dari 3% setelah CEO Elon Musk mengatakan robotaxi perusahaannya akan diluncurkan pada awal Agustus 2024.

Kenaikan terbatas Wall Street terjadi di tengah meningkatnya kembali imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury). Yield Treasury tenor 10 tahun naik 5 basis poin (bp) menjadi 4,426%.

Namun pasar mengakhiri pekan lalu dengan catatan positif, setelah laporan pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan pada Jumat lalu.

Kenaikan mengejutkan dalam data gaji memberikan investor harapan bahwa perekonomian yang kuat dapat terus mendukung pertumbuhan pendapatan perusahaan, bahkan jika hal tersebut berarti kenaikan suku bunga dalam jangka waktu yang lebih lama.

Sebelumnya pada Jumat lalu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan nonfarm payrolls (NFP) meningkat sebesar 303.000 pekerjaan pada Maret lalu dibandingkan dengan ekspektasi kenaikan sebesar 200.000, menurut para ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Sementara untuk tingkat pengangguran pada Maret lalu berada di angka 3,8% dibandingkan dengan ekspektasi bahwa angka tersebut akan tetap stabil di angka 3,9%, sementara upah rata-rata yang diperoleh naik 0,3% setiap bulan, sejalan dengan perkiraan.

“Pekerjaan dan upah meningkat dengan kuat dan gaji agregat melampaui inflasi, yang akan menjaga pengeluaran orang Amerika pada tahun 2024 dan mendorong perekonomian ke depan,” kata Bill Adams, kepala ekonom di Comerica Bank, dikutip dari CNBC International.

Untuk kejelasan lebih lanjut mengenai seberapa sukses upaya The Fed melawan inflasi, investor menantikan pembacaan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) dan produsen (producer price index/PPI) periode Maret pada akhir pekan ini.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan angka CPI, yang dijadwalkan dirilis Rabu pagi meningkat 0,3% pada bulan lalu dan 3,5% tahun ke tahun.

“The Fed tampaknya tidak terpengaruh dengan peningkatan lapangan kerja yang kuat. … Namun inflasi adalah masalah yang lebih besar, dan sangat penting bahwa data harga bulan Maret (CPI, PPI, PCE) menunjukkan proses disinflasi kembali ke jalurnya,” Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge, mengatakan dalam sebuah catatan, dilansir dari CNBC International.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Wall Street Dibuka Lesu Lagi, Reli Sudah Berakhir?

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts