Investor Ragukan OPEC, Minyak Anjlok Tiga Hari Beruntun


Read More

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia kompak dibuka lebih tinggi pada perdagangan hari ini setelah penurunan tiga beruntun pada perdagangan sebelumnya. Para pelaku pasar kini meragukan terhadap pengurangan minyak mentah oleh OPEC+.

Harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,36% di posisi US$73,30 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka naik tipis 0,12% ke posisi US$78,12 per barel.


Pada perdagangan Senin (4/12/2023), harga minyak mentah WTI ditutup anjlok 1,39% di posisi US$73,04 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent ditutup terjun 1,08% ke posisi US$78,03 per barel.

Harga minyak turun pada perdagangan Senin di tengah kekhawatiran terhadap penurunan permintaan dan berlanjutnya ketidakpastian mengenai kedalaman dan durasi pengurangan pasokan OPEC+.

Penurunan yang terjadi pada perdagangan Senin menambah penurunan sebesar 2% pada minggu lalu setelah pengurangan pasokan diumumkan pada hari Kamis oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+.

“Pasar telah memutuskan (rencana produksi OPEC+) tidak akan berdampak besar. Ini lebih bersifat gaya daripada substansi,” ujar Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan dalam wawancara yang disiarkan televisi dengan Bloomberg pada hari Senin bahwa ia memperkirakan OPEC dan sekutunya akan melakukan pengurangan produksi minyak mentah sebesar 2,2 juta yang diumumkan pekan lalu.

Pada pekan lalu OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi yang bersifat sukarela, sehingga menimbulkan keraguan apakah produsen akan menerapkannya sepenuhnya atau tidak. Investor juga tidak yakin mengenai bagaimana pemotongan tersebut akan diukur.

“Para pelaku pasar selama lima bulan terakhir telah menunggu untuk melihat apakah pengurangan produksi serta perkiraan perubahan permintaan akan membuahkan hasil,” ucap Zane Curry, wakil presiden pasar dan penelitian di Mobius Risk Group.

Survei pada hari Jumat menunjukkan aktivitas manufaktur global masih lemah pada bulan November karena lemahnya permintaan, aktivitas pabrik di zona euro mengalami kontraksi, sementara terdapat tanda-tanda beragam mengenai kekuatan perekonomian China.

“‘Kesepakatan’ OPEC+ minggu lalu tidak meyakinkan,” ucap Craig Erlam, analis di broker OANDA.

“Dan dengan pasar yang sepertinya mengantisipasi perlambatan ekonomi tahun depan, pengumuman tersebut tidak cukup,” tambahnya.

Di tempat lain, negara-negara Barat telah meningkatkan upaya untuk menerapkan batasan harga sebesar US$60 per barel pada pengiriman minyak Rusia melalui laut yang diberlakukan untuk menghukum Moskow atas perangnya di Ukraina.

Washington pada hari Jumat memberlakukan sanksi tambahan terhadap tiga entitas dan tiga kapal tanker minyak.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


AS Beri Sanksi ke Rusia, Harga Minyak Melonjak 4%

(saw/saw)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts