Jelang Libur Imlek, Bursa Asia Berakhir Cerah Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik ditutup cerah bergairah pada perdagangan Jumat (20/1/2023) akhir pekan ini, di mana investor optimis bahwa pembukaan kembali China dapat mengurangi kekhawatiran akan potensi resesi global.

Read More

Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,56% ke posisi 26.553,5, Hang Seng Hong Kong melejit 1,82% ke 22.044,65, Shanghai Composite China menanjak 0,76% ke 3.264,81, dan ASX 200 Australia bertambah 0,23% menjadi 7.452,2.

Berikutnya untuk indeks Straits Times Singapura terapresiasi 0,54% ke 3.293,71, KOSPI Korea Selatan melaju 0,63% ke 2.395,26, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 0,81% menjadi 6.874,93.

Dari Jepang, data inflasi pada periode Desember 2022 telah dirilis pada hari ini. Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) atau indeks harga konsumen (IHK) terpantau kembali naik menjadi 4% pada bulan lalu secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada November 2022 sebesar 3,8%.

Hal ini terjadi untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat dekade terakhir, di mana angka tersebut adalah yang terkuat sejak 1981 dan sesuai dengan perkiraan analis.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK Negeri Sakura justru turun sedikit menjadi 0,3% pada Desember 2022, dari sebelumnya pada November 2022 sebesar 0,4%

Akselerasi pertumbuhan inflasi tersebut sebagian besar disebabkan oleh kenaikan lebih lanjut dalam biaya energi dan makanan olahan.

Adapun untuk IHK inti Jepang pada Desember 2022 juga naik menjadi 4% (yoy), dari sebelumnya sebesar 3,8% pada November 2022.

Angka terbaru tidak akan mengubah pandangan Gubernur bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), Haruhiko Kuroda bahwa tren inflasi akan mendingin.

BoJ merilis prospek harga yang diperbarui setelah pertemuan kebijakan Rabu lalu, meningkatkan pandangan inflasi untuk tahun fiskal saat ini menjadi 3%, sambil mempertahankannya untuk dua tahun ke depan di bawah 2%.

Namun, kenaikan harga yang berlarut-larut menambah kekhawatiran bahwa BoJ mungkin telah meremehkan kekuatan momentum inflasi, sebuah faktor yang mengundang spekulasi bahwa bank sentral mungkin akan mempertimbangkan kembali arah kebijakannya.

BoJ memutuskan pada pertemuan terakhir untuk mempertahankan pengaturan kebijakan dasarnya tidak berubah, melawan spekulasi pasar akan ada lebih banyak pergeseran setelah langkah mengejutkan di Desember 2022.

Sementara itu dari China, bank sentral (People Bank of China/PBoC) kembali mempertahankan suku bunga acuan pinjamannya pada hari ini.

Suku bunga acuan pinjaman (loan prime rate/LPR) tenor 1 tahun tetap di level 3,65%, sedangkan LPR tenor 5 tahun juga masih berada di level 4,3%.

PBoC juga terus menjaga kondisi likuiditas tetap tinggi selama lima bulan berturut-turut sejalan dengan upaya untuk mendukung pertumbuhan lokal.

Dengan terus diperlonggarnya kebijakan pengetatan terkait Covid-19 dan rencana pemerintah China untuk membuka kembali negara tersebut, maka hal ini mulai berdampak positif terhadap ekonomi China.

Kekurangan tenaga kerja berkurang dan konsumen kembali berbelanja. Pembatasan terhadap pengembang properti juga telah dicabut, meski ada keraguan atas dugaan pelonggaran regulasi teknis.

Chairman Standard Chartered, José Viñals mengatakan perekonomian China akan melejit pada paruh kedua 2023, karena perbedaan kinerja ekonomi Timur dan Barat.

Menurutnya, pembukaan ekonomi China telah meningkatkan sentimen di antara para ekonom bahwa gambaran pertumbuhan dan inflasi global mungkin tak separah yang ditakutkan selama ini.

“Pada paruh kedua tahun ini, saya pikir ekonomi China akan ‘terbakar’ dan itu akan menjadi sangat, sangat penting bagi seluruh dunia,” katanya kepada CNBC International di Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) di Davos, Swiss.

“Ini tidak hanya datang dari pembukaan kembali dari Covid tetapi juga datang dari dukungan yang diberikan pemerintah dengan kebijakan fiskal mereka, dukungan untuk sektor properti yang sangat penting, dan juga mengurangi intensitas regulasi atau tindakan keras regulasi terhadap beberapa sektor seperti sektor TI. Jadi saya pikir semua hal itu akan menjadi hal positif yang sangat penting,” tambahnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih… Bursa Asia Loyo Lagi

(chd/chd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts