Jelang Rilis Inflasi & iPhone Baru, Wall Street Dibuka Hijau!

Jakarta, CNBC Indonesia – Mengawali pekan kedua September, bursa Wall Street dibuka kompak menguat. Indeks Dow Jones menguat 0,48% menjadi 34.738,69, kemudian indeks NASDAQ melonjak 0,90% menjadi 13.885,28 dan S&P 500 yang meningkat 0,65% menuju 4.486,70.

Read More

Pembukaan Wall Street yang mayoritas menguat kontras dengan data inflasi yang diperkirakan bisa meningkat lagi karena efek harga minyak mentah dunia yang sempat melonjak hingga ke level US$ 90 per barrel.

Kendati inflasi diperkirakan naik, pelaku pasar sepertinya tidak terlalu bersikap agresif. Perhatian pasar sepertinya mulai beralih dari seberapa besar suku bunga akan naik menjadi seberapa lama bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan menahan suku bunga. Hal ini juga semakin didukung dengan data yang ditunjukkan CME Fedwatch Tool yang mengukur peluang suku bunga akan ditahan pada level 5,25% – 5,50% sebesar 93%.

Beralih ke data Inflasi AS untuk periode Agustus 2023 dijadwalkan akan rilis pada Rabu (13/9/2023) pukul 19.30 WIB. Melansir platform penghimpun data, trading economic inflasi umum AS akan melonjak diperkirakan akan melonjak ke 3,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.

Apabila inflasi umum naik sesuai perkiraan ini bakal menjadi kenaikan kedua yang terjadi setelah mencapai titik terendah 3% yoy pada Juni lalu.

Sementara dari inflasi inti diperkirakan akan melandai ke 4,3% yoy dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,7% yoy. Kendati melandai, secara keseluruhan nilai inflasi umum dan inti masih jauh dari target bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) di sekitar 2%.


Bagai pedang bermata dua, ketika inflasi naik sikap bank sentral AS pada pertemuan pekan ketiga bulan ini potensi bisa lebih ketat atau menaikkan suku bunga lagi. Sebaliknya, jika kembali melandai ada potensi sikap The Fed bisa lebih melunak.

Sentimen pada hari ini juga sepertinya akan diwarnai antusiasme pelaku pasar yang menanti rilis iPhone baru seri 15 pada 12 September 2023 mendatang.

Namun, di tengah hype pasar menanti seri teranyar ponsel terbitan Apple tersebut kebijakan Xi Jinping malah membuat AS bisa ketar-ketir. Pasalnya, Presiden Naga Asia tersebut malah menetapkan kebijakan PNS China dilarang menggunakan iPhone di lingkungan kerja, hal tersebut pertama kali dilaporkan Wall Street Journal.

Meski tak diblokir secara nasional, tetapi kebijakan ini diramal akan berpengaruh pada penjualan iPhone. Sebab, China merupakan salah satu pasar yang berkontribusi paling besar ke bisnis Apple.

Dilaporkan Reuters, penjualan iPhone bisa anjlok hingga 10 juta unit gara-gara aksi pemerintah China. Erik W. Woodring, analis dari Morgan Stanley, memperkirakan pendapatan Apple bisa jatuh 4% akibat larangan di China. Adapun, profit Apple bisa merosot 3%.

“China faktor penentu kesuksesan Apple, tetapi Apple juga unsur penting dari ekonomi China. Meskipun ada potensi Apple dan China berpisah di dunia yang multi-kutub, kami tidak yakin berita ini bisa membuat skenario terburuk terjadi,” kata Woodring.

Aksi perang dagang antara dua negara adidaya tersebut masih menjadi persoalan sengit yang akan berlanjut pada pekan ini dan perlu diwaspadai investor karena bisa memicu capital outflow berlanjut di WallStreet, terutama di tengah penantian indikator ekonomi terkait inflasi yang bakal mempengaruhi kebijakan The Fed pada pertemuan minggu ketiga bulan ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected] 

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Wall Street Kebakaran, Dow Jones Jeblos 300 Poin

(tsn/tsn)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts