penyebabsakit.com

Jokowi Ekspor Bauksit, Cek Prospek Emitennya!

Jakarta, CNBC Indonesia – Belakangan ini Presiden Indonesia Jokowi Widodo (Jokowi) lagi-lagi mengeluarkan kebijakan larangan ekspor bijih mentah hasil tambang, walaupun sebelumnya larangan ekspor biji nikel sempat diintervensi WTO. Kali ini, mantan Wali Kota Solo itu melarang ekspor bijih mentah bauksit.

Lantas siapa dan bagaimana prospek pemain di industri bauksit ini? Dan bagaimana mereka memanfaatkan momentum kebijakan larangan ekspor bijih mentah bauksit?

Berbicara tentang bauksit tentunya tak lepas dari emiten yang bernama PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA), dimana bisnis utama perseroan bergerak di bidang pertambangan dan penggalian bijih logam (bauxite).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Melansir dari Laporan Tahunan nya, diberitahukan bahwa CITA melakukan kegiatan pertambangan bauksit yang kemudian menghasilkan Metallurgical Grade Bauxite (MGB) dan memproduksi smelter grade alumina (SGA) melalui entitas asosiasi PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW).

Penggunaan bauksit

Berdasarkan laman Kementerian Perindustrian, bijih bauksit merupakan batuan yang mengandung tiga mineral utama dan berkaitan dengan mineral silikat dan biasanya dijadikan bahan baku untuk membuat aluminium. Selain itu, bauksit dapat diolah untuk pemurnian air, kosmetika, farmasi, keramik dan plastik filler.

Aluminium sendiri banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari; mulai dari pembuatan sendok, garpu, pisau sampai menjadi bahan baku body mobil bahkan pesawat terbang.

Di tengah kebijakan pemerintah dalam meningkatkan perkembangan Electric Vehicle (EV). Bauksit adalah salah satu bahan baku penting untuk memproduksi semikonduktor dan untuk membangun ekosistem kendaraan listrik dari hulu sampai ke hilir. Bersama nikel dan mineral lainnya, bauksit juga mendukung industri baterai kendaraan listrik ke depan.

Model bisnis CITA

Dalam fase awal bisnis, bauksit mentah yang didapat dari pertambangan diolah untuk menjalani proses benefisiasi sehingga menjadi Metallurgical Grade Bauxite (MGB). Pada fase ini, MGB biasanya memiliki kadar aluminium sekitar 45%-48%. MGB merupakan bahan baku dari proses pemurnian untuk menjadi Alumina di pabrik WHW.

Setelah proses MGB selesai, langkah berikutnya adalah me-refinery MGB pada fasilitas pengolahan dan pemurnian untuk dijadikan smelter grade alumina (SGA), setelah SGA selesai diproses ini akan menjadi bahan baku dasar dalam pembuatan aluminium.

Sejalan dengan kebijakan larangan ekspor bijih mentah bauksit, sejak 2013, CITA telah memulai pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian SGA di Kalimantan Barat melalui PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW). Pembangunan ini dilakukan dengan tujuan agar dapat meningkatkan nilai tambah dari mineral bauksit.

Pada tahun 2016, fasilitas pemurnian mulai beroperasi dan menjadikan CITA sebagai perusahaan penghasil SGA pertama melalui entitas asosiasi WHW dan menjadi SGA yang pertama dan satu-satunya di Indonesia berkapasitas 1 juta ton Smelter Grade Alumina (SGA) per tahun.

Kemudian pada tahun 2022, perseroan pun fokus pada proses pembangunan fase II fasilitas pemurnian SGA yang sudah mencapai 98,67%. Berdasarkan hasil penilaian, WHW sudah melakukan uji produksi pada fasilitas pembangunan fase II, dan akan segera mulai beroperasi setelah penyelesaian proses pembangunan secara penuh.

Hasil produksi SGA yang dihasilkan sebagian besar diekspor ke luar negeri dan diserap untuk kebutuhan dalam negeri. Pembangunan fasilitas pemurnian SGA ini pun diharapkan akan memberikan dampak positif bagi kinerja CITA di tahun-tahun mendatang.

Jika dilihat dari sisi porsi kepemilikan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW), CITA memiliki 30% saham WHW, sedangkan sisanya dimiliki oleh China Hongqiao Group Limited sebanyak 56%, Winning Investment (HK) Company sebanyak 9%, dan Shandong Weiqiao Aluminium and Electricity Co., Ltd sebanyak 5%.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Prospek CITA Dalam Industri Bauksit

Sumber: www.cnbcindonesia.com

Exit mobile version