Jokowi Warning Evergrande, Bos Properti Ini Jatuh ‘Miskin’

Jakarta, CNBC Indonesia – Krisis properti China yang semakin hari semakin parah memberikan sinyal siaga bagi ekonomi dunia. Banyak pihak ikut memberikan warning, tidak terkecuali presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi).

Read More

Evergrande resmi mengajukan kebangkrutan di Pengadilan New York, Amerika Serikat (AS), Kamis (17/8/2023) pekan lalu. Raksasa properti asal China pailit setelah mengalami gagal bayar dan wajib melakukan restrukturisasi utang luar negeri yang secara total nilainya mencapai US$ 31,7 miliar (Rp 475,5 triliun), yang meliputi obligasi, agunan, dan kewajiban pembelian kembali. Sementara itu total kewajiban Evergrande sendiri sekitar 10 kali utang luar negerinya.

Kasus gagal bayar Evergrande ikut disinggung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Meski tidak menyebutkan nama perusahaan secara langsung, Presiden menyampaikan bahwa ada perusahaan China yang memiliki utang Rp 4.400 triliun.

“Kita tahu di RRT (China) ada perusahaan properti besar yang ambruk yang utangnya ngalahin APBN kita utangnya sampai Rp 4.400 triliun,” kata Jokowi di Grand Ballroom, Hotel Sheraton, Jakarta Selatan, Rabu awal Agustus lalu.

“Jangan ditepok tangani. Utangnya Rp 4.400 triliun. Ada di sini yang utangnya sampai segitu? Sekali lagi hati-hati mengenai hal ini,” tambah Jokowi.

Kasus Properti China, Taipan Jadi Korban?

Akibat kejatuhan Evergrande, sektor properti China yang sejak pandemi sudah sempoyongan kini semakin susah jalan. Hal ini membuat valuasi perusahaan properti ambles dan pada akhirnya membuat para pemilik jatuh ‘miskin’, salah satunya yang menimpa mantan wanita terkaya Asia.

Diketahui, sosok yang pernah berstatus sebagai wanita terkaya di Asia, Yang Huiyan, tercatat menjadi taipan paling boncos sejak pandemi. Dirinya kehilangan lebih banyak kekayaannya daripada konglomerat mana pun sejak Juni 2021 karena pengembang properti top China miliknya, Country Garden, bergulat dengan krisis utang.

Kekayaan bersih Yang anjlok sebesar 84%, atau US$ 28,6 miliar (Rp 429 triliun), sejak puncaknya pada Juni 2021, mengutip laporan Business Insider. Kekayaan bersih Wanita berusia 41 tahun itu sekarang menjadi US$ 4,7 miliar, menurut data Forbes Real Time Billiionaire.

Turunnya harta Yang terjadi karena Country Garden melewatkan pembayaran bunga atas dua obligasi berdenominasi dolar AS yang membuat investor ramai-ramai melepas saham Country Garden. Perusahaan miliknya tersebut sekarang masuk masa tenggang 30 hari untuk menghindari gagal bayar (default) resmi.

Saham perusahaan yang terdaftar di Hong Kong telah anjlok 20,4% sejak Senin. Mayoritas kekayaan Yang terikat dalam kepemilikan 52,6% saham di Country Garden.

Sebelum mengambil alih sebagai pemegang saham mayoritas perusahaan dari ayahnya pada tahun 2007, Yang lulus dari Ohio State University pada 2003 dengan gelar sarjana pemasaran dan logistik.

Saat ini Country Garden tetap menjadi pengembang properti terbesar di China dalam penjualan, tetapi nilai pasarnya turun lebih dari setengahnya sejak awal tahun.

Pada bulan Juli, perusahaan melaporkan penjualan sebesar 128,76 miliar yuan, atau sekitar Rp 272 triliun dalam enam bulan pertama tahun ini, menandai penurunan 30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Yang, yang menjadi wanita terkaya di China pada usia 25 tahun setelah IPO perusahaan, kehilangan status wanita terkaya di Asia pada Agustus 2022 kepada taipan India Savitri Jindal.

Pada 30 Juli, Yang mengumumkan bahwa dia memberikan 55% sahamnya di Country Garden untuk amal yang didirikan oleh adik perempuannya dengan pembayaran senilai US$ 826 juta (Rp 12,39 triliun).

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Orang Terkaya Indonesia Vs Malaysia, Mana Lebih Tajir?

(fsd/fsd)


Sumber: www.cnbcindonesia.com

Related posts